WAKTU DAN TEMPAT, KAMI PERSILAHKAN
Saya tipe orang yang sering mengalami perasaan mengganjal ketika membaca tulisan atau mendengar ucapan yang tidak sesuai kaidah bahasa Indonesia. Rasanya mulut dan hati ini gemas untuk segera mengoreksi kesalahan yang ada. Teman-teman guru Bahasa Indonesia atau teman-teman yang mendalami Bahasa Indonesia pasti paham apa yang saya rasakan. Entah ini hanya terjadi kepada saya, atau teman-teman awam juga.
Saat menghadiri suatu acara formal, pasti ada saja orang yang menggunaakan kalimat tidak efektif di dalam forum padahal tidak benar menurut kaidah bahasa. Misalnya kata “waktu dan tempat, kami persilahkan.” Teman-teman pasti sudah familiar dengan kalimat tersebut dong ya. Kalimat salah kaprah yang sudah mendarah daging dengan pembawa acara di Indonesia. Ada yang paham letak kesalahannya di mana? Mari kita berpikir. Sebelumnya menganalisis lebih jauh, kita harus memahami maksud dari kalimat tersebut.
Maksud dari kalimat ini adalah untuk mempersilakan seseorang. Seseorang loh ya, bukan waktu dan tempatnya yang dipersilakan. Jika dipikir secara logis, apakah bisa waktu dan tempat dipersilakan maju ke atas panggung memberi sambutan? Tentu tidak. Lalu siapa yang harus dipersilakan? Tentu orang yang akan memberi sambutan. Jadi alangkah lebih baik apabila kalimat tersebut diganti dengan yang lebih logis dan masuk akal. Misalnya
1. Bapak kepala sekolah, saya persilakan memberi sambutan
2. Saya persilakan Bapak/Ibu untuk memberi sambutan
3. Atau kalimat yang sejenisnya.
Nah sekarang kita jadi lebih paham pentingnya pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dulu ya. Terkadang saking kalimat-kalimat tersebut nyaman di telinga, kita jadi kurang kritis dalam berbahasa. Kelogisan bahasa menjadi hal yang penting untuk ditelisik lebih dalam, sebab melenceng sedikit saja, maknanya akan sangat berbeda. Sekian berbagi ilmu dari saya, kapan-kapan kita bahas kesalahan berbahasa yang lain.
Terima kasih.
Salam literasi.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap pencerahannya
Sama-sama, Bun :)
Very good,salam literasi
Salam literasi ;)
Keren, Bu. Lazim terjadi dan sepertinya sudah mendarah daging.
Betul, Pak. Padahal salah kaprah
Opini yang bagus bu
Terima kasih, Bu :)
salah kaprah ya bu...
Iya, Pak... Tapi sudah dianggap lazim
Ada lagi, puji syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Alloh. Wkwkkw :)
Hahaha.. iyaa bu.. Kubahas di hari laij deh.
Serasa kangen kuliah pragmatik dan lingustik Buuuuu Proud of youTulisan kerennn
Terim kasih my sisteur :)
Lazimkan yang benar...Bukan membenarkan yang lazim namun salah kaprah...Kalimat dosen sy Bpk Nyoman Seloka Sudiara itu selalu terngiang di telinga saya...Makanya kalau ada penggunaan bahasa yang tidak pas jiwa linguistik ini selalu meronta...Wkwkwkwk
Mantap kak :)
Betul sekali Bun. Saya sering spontan meralat orang yang mengucapkan demikian. Apalagi jika MC nya dekat saya, habis tuh 2 SKS. Hehehe.. sukses selalu Bun
Gemas ya Bun rasanya. Hihi.. Terima kasih. Sukses juga untuk Bunda :)