Bulan Separuh di Langit Bengkalis

Semakin malam semakin dingin mencekam. Meluluh lantakkan kesendirian yang tak pernah berpenghujung. Bukan betah membujang atau terlalu pemilih dalam hal wanita, aku menginginkan calon istriku adalah perempuan yang benar-benar Melayu. Tak ada syarat lain hanya itu saja.

Temanku, Jamal, geleng-geleng kepala ketika aku mengatakan syarat itu sebagai sesuatu yang mutlak. Tak bisa ditawar-tawar lagi. Dia heran kalau itu saja syaratnya bukanlah hal yang sulit, hampir seluruh dara di pulau Bengkalis berdarah Melayu. Tinggal cakap saja, tentu sangat mudah bagiku mendapatkan mereka karena selain wajahku tampan, kerjaya dan penghasilanku juga sudah mapan.

Tapi begitulah, sampai saat ini aku tetap membujang meski statusku terpandang. Dari ribuan dara di pulau ini tak satu pun berkenan dalam pandangan mataku. Mungkin dikarenakan makna 'dara' menurutku adalah seperti purnama di malam lima belas, bukan dara yang separuh seperti bulan sabit.