Tatapan seorang bayi memiliki banyak makna. Bisa saja karena kagum. Bisa juga karena heran. Atau bisa jadi minta perhatian bahkan mungkin menginginkan sesuatu.

Bicara soal keinginan, tentu tak lepas dari sebuah harapan. Jika harapan itu begitu kuat untuk dicapai, maka orang cenderung menciptakan NIAT.

Niat itu sendiri adalah kehendak (keinginan dalam hati). Niat juga merupakan janji untuk melakukan sesuatu jika cita-cita atau harapan terkabul atau sering disebut nazar.

Ketika seseorang menyatakan niatnya, maka dia telah memasang pondasi atas keinginan yang akan digapainya. Dengan niat itu dia akan berjuang sekalipun harus berdarah-darah demi cita-citanya.

Ada satu tekanan psikologi jika suatu cita-cita atau keinginan diawali dengan niat. Tekad bulat akan muncul dan segala daya upaya dikerahkan. Tapi satu hal yang kadang menjadi perhatian dengan adanya niat. Ketika keinginan atau cita-cita tidak terkabul, bisa timbul rasa kecewa yang begitu dalam. Bahkan bisa putus asa.

Sebagai orang tua, tentu punya keinginan akan anak-anaknya. Bahkan ketika masih di kandungan, tak sedikit orang tua yang menyatakan niatnya ketika anak yang dikandungnya itu lahir. Apalagi jika anak itu sudah lama didambakan. Segala persiapan dengan daya upaya pasti dilakukan.

Begitu juga ketika seseorang yang sedang sakit kronis ataupun berkepanjangan. Sering sekali diniatkan sesuatu jika lepas dari sakit yang diderita.

Dalam hal seperti ini, apabila keinginan itu terkabul maka akan muncullah rasa syukur dan suka cita. Akan tetapi, ketika keinginan itu tidak terkabul rasa syukur pun menjadi terlupakan.

Itulah polemik kehidupan atas suatu keinginan.

Horas, salam literasi!

Gubuk refleksi, 271221