#tantangan hari ke-32

Minggu ini menjadi hari yang melelahkan bagi saya. Bukan saja rutinitas yang menguras tenaga dan pikiran. Tapi beberapa problema hidup harus di atasi ditengah berbagai kesibukan. Menghindar dan lepas tangan? Tak mungkin saya lakukan. Karena problema itu tak akan teratasi jika saya berdiam diri.

Hari ini, kantor tak buka pintu. Tanggal berwarna merah di kalender menandakan libur perayaan Imlek. Ya selamat merayakan buat saudara/i yang merayakannya. Makanya pagi ini saya tak buru-buru beranjak dari dipan tempat saya berbaring.

"Pa, ayo bangun. Sudah siang nih". Seru ibu dari anak-anakku sambil menyibak tirai jendela yang masih tertutup. Tanpa menunggu jawaban saya, dia langsung meninggalkan kamar. Saya pun bangkit dengan sedikit malas. Tidur malam ini memang nyenyak. Tapi belum mampu membayar jam tidur yang terganggu beberapa hari yang lalu. Penat yang sempat menumpuk pun masih terasa. Sarapan pagi yang sudah disantap juga belum sanggup mengembalikan energi yang sempat terkuras.

Jarum pendek penanda waktu yang menempel di dinding ruang keluarga sudah melewati angka 11. Sang istri yang duduk bersama anak-anak melemparkan permintaan. Rupanya dia juga masih belum kehilangan penatnya. Ajakan untuk keluar rumah mencari suasana yang menyegarkan pun diutarakan. Sejenak saya terdiam, tapi merasa dapat angin juga mewujudkan keinginan itu. Karena anak gadis dan pria lajang ku langsung meng-acc-kan permintaan ibunya.

Setelah rembuk bersama, keputusan pun diambil. Semua berkemas. Kecuali anak sulungku. Setelah santap siang, si abu-abu metalik keluaran 97 kami pun ku pacu menuju tempat yang disepakati. Lokasi itu hanya berjarak tak lebih dari dua puluh kilometer. Tak butuh waktu lama menempuhnya. Kami pun mulai beraksi menelusuri lokasi yang berada di lantai dua. Sang istri dan anak gadisku tampak asyik menjelajahi hampir semua area sambil mendorong kereta belanjanya. Biasa, kaum hawa jika sudah memenuhi keinginannya dengan belanja, rasa penatnya pun lenyap. Saya pun bersama anak lajangku tak ketinggalan. Kami berkeliling mencari benda yang sudah lama ingin dibeli.

Dua jam lebih waktu terlewatkan. Usai membayar barang belanjaan, kegiatan berikutnya dilanjutkan dengan bersantai. Anak gadisku pun mengarahkan langkah kami ke sebuah tongkrongan zaman now. Ruangan berdinding kaca yang memberi kemanjaan bagi mata menikmati suasana di luar gedung. Kami pun duduk bersantai di sudut ruangan. Pramusaji silih berganti mengantarkan menu pesanan. Masing-masing mengambil hidangan sesuai pesanannya. Satu persatu wadah sajian itu kosong.

Nikmatnya hidangan dan suasana tempat itupun mulai menghilangkan penat yang tersisa. Apalagi yang memberikan setoran pengganti kertas berisi tagihan itu adalah anak gadisku. Terimakasih nak. Engkau selalu memberikan kelegaan bagi kami orang tuamu. Engkau rela menyisihkan sebagian dari rezekimu untuk kebahagiaan kita hari ini. Semoga Tuhan tetap memberi kesuksesan dalam karya dan pelayananmu.

"Ayo kita berangkat. Sudah beres," ajak anak gadisku yang baru kembali dari meja kasir. Kami pun bergegas meninggalkan ruangan itu. Penat yang tadinya numpang di raga ini, rasanya tertinggal di tempat itu. Si abu-abu metalik pun kembali memboyong kami menuju rumah. Terimakasih anak ku, dan terimakasih Tuhan. Hari ini menjadi hari yang menyenangkan bagi kami.

Horas, salam literasi!

Gubuk inspirasi, 010222.