MOMEN FILOSOFIS
Oleh: MUCH. KHOIRI
SETIAP orang memiliki momen filosofis, yakni momen yang di dalamnya ia bisa melakukan permenungan. Bedanya hanya terletak pada intensitas penghayatan dan hasil permenungannya.
Mengapa setiap orang merenung, tentu karena ia memiliki masalah dan sesuatu yang harus dipikirkan dan direnungkan. Ia berpikir dan merenung karena punya akal dan jiwa (nafs), yang memungkinkannya untuk melahirkan pemikiran atau kebijaksanaan.
Jika ia menghayati momen filosofis dengan tekun dan sungguh-sungguh, akan lahirlah hasil permenungan yang berbobot. Sebaliknya, jika momen filosofis dijalaninya sepintas lalu, hasilnya juga hasil permenungan sepintas lalu. Mana ada hasil lebih jika hanya dijalani secara pas-pasan, apalagi kurang?
Orang yang suka merenung lazim menjadi orang yang penuh kebijaksanaan: ucapan, sikap, dan perilakunya mencerminkan kebijaksanaan. Tentu, karena ia telah melampaui dirinya, melintasi kepintarannya dan menyatu dalam kebijaksanaannya. Dia sudah selesai dengan dirinya. Ia ada untuk manusia lain.
Untuk menjadi pintar, syaratnya banyak belajar dan berlatih. Sementara, untuk menjadi bijaksana, syaratnya bukan hanya banyak belajar, melainkan juga banyak mengamati, menghayati, merenungkan, dan memetik hikmahnya. Semua ini hanya berlangsung dalam momen filosofis yang kondusif. Semuanya dihayatinya sungguh-sungguh.
Para filsuf tentu tak terpisahkan dari momen filosofis. Itu dunianya, itu pertapaannya, dan dari sanalah hasil pemikiran dan renungan mewujud dalam berbagai bentuk. Ada ungkapan bijak yang terlisankan, ada sikap yang ditunjukkan, ada pula kumpulan gagasan yang dibukukan. Kita bukan filsuf, namun kita perlu belajar pada mereka bagaimana menghayati momen folosofis.
Sekarang ada momen-momen filosofis di seputar kita, seakan laksana sebuah kelas perguruan filsuf yang sedang dibuka. Adakah kita memanfaatkannya? Adalah sensitivitas (kepekaan) yang membuat kita memberikan jawaban yang sesungguhnya. Di sana pula sumbernya kita akan dianggap ada.[]
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Dan menjadi pintar perlu proses yang panjanggg...dan mental yang super
Betul 100%, Bu. Tmksh
Tapi beda dengan melamun to Pak.
P WA Sutanto, merenung sangat berbeda dengsn melamun