Much Nur Arifien

Much Nur Arifien, SE adalah guru mata pelajaran IPS di MTs Muhammadiyah yang beralamat di Desa Tempuran, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, I...

Selengkapnya
Navigasi Web
Simbah Muda (80)

Simbah Muda (80)

Simbah Muda (80)

#TantanganGurusiana hari ke-80, tanggal 9 Juli 2020.

Terlahir sebagai anak terakhir merupakan anugerah dari Allah SWT. Namanya anak paling bontot atau ragil, selalu mendapat perhatian lebih dan bantuan dari kakak-kakak di atasnya. Sebagai anak ke-9, merupakan kebanggaan tersendiri bagi saya. Jaman sekarang memang sudah langka, tapi jaman dulu adalah hal yang wajar mempunyai banyak anak. Memang ketika dulu anak-anak masih kecil, orang tua sangat sibuk. Begitu sudah dewasa, orang tua sangat bahagia, walaupun ada anak-anak yang merantau juga. Orang tua sangat senang jika ditengok anak-anak yang dari perantauan, karena jarang-jarang ketemu juga. Yang kebetulan tinggalnya dekat atau hanya beda kecamatan, maka paling rutin mengunjungi. Pokoknya orang tua tidak pernah kesepian setiap harinya. Apalagi pas lebaran, rumah induk pasti penuh, tidur pun ramai-ramai.

Sebagai anak ragil, saya tinggal bersama bapak dan ibu di rumah induk. Saya menyaksikan proses ketika satu persatu kakak menikah dan akhirnya meninggalkan rumah untuk tinggal di rumahnya sendiri atau mengikuti suami. Bahkan kakak pertama saya menikah ketika saya belum terlahir ke dunia, hehe. Banyak anak-anak kakak yang seumuran dengan saya, bahkan ada yang lebih tua.

Dari saya sekolah di Taman Kanak-kanak (TK), anak-anak kakak alias keponakan sudah biasa memanggil saya dengan sebutan "Pak", maksudnya pak lik (bapak kecil). Ketika saya SD, keponakan saya bertambah banyak. Ketika saya SMA tambah banyak lagi, ketika kuliah masih bertambah juga. Waktu saya kuliah yang memanggil saya "Pak" tembus sampai 13 keponakan. Hari ini sudah berbeda, kebanyakan sudah menikah, akhirnya yang menyebut "Pak" bertambah menjadi 18 orang (dari suami atau istri keponakan).

Uniknya hari ini saya juga sudah dipanggil "Embah". Tidak tanggung-tanggung, ada 16 anak memanggil saya "Embah" (jumlah keseluruhan dari anak-anak keponakan). Ini belum berakhir, masih akan bertambah terus mengingat ada 3 keponakan yang belum menikah. Hehe. Sejarah memang akan terulang kembali, anak saya yang berumur 4 tahun sudah dipanggil "pak" atau pak lik oleh 16 cucu saya. Luar biasa indah bukan?.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post