MUDHOFAR, S. Pd.

Ubahlah Hidup ini dengan membaca dan menulis. torehkan keinginanmu dalam menggapai tujuan...

Selengkapnya
Navigasi Web
Anak Cerdas atau Bodoh

Anak Cerdas atau Bodoh

Kita selaku sebagai orang tua akan merasa bangga dan senang ketika sikecil tumbuh jadi individu yang cerdas, bergembira, bersenda gurau, bermain ditaman, belajar duduk, belajar merangkak, belajar berdiri, belajar untuk melangkah dari satu langkah dua langkah, sampai dia bisa berjalan bahkan juga sikecil mulai mampu berbicara dan bergaya, sangat lucu dan menggemaskan. Kebahagiaan dalam keluarga sangatlah hidup, senang dan bergembira, terkadang biasanya terdengar suara tangisan atau kicauan sikecil dirumah, tetapi karena suatu penyebab tertentu si kecil sakit terasa banget rumah itu berubah jadi sedih, yang tadinya gembira bercanda ria bersama dengan kedua orang tuanya kini berbalik arah menjadi sedih, menjadi muram dan merasa kasihan sama si kecil untuk segera dibawa kepuskesmas, kerumah sakit atau dibelikan obat di apotik terdekat. Semua itu dilakukan oleh orang tua karena adanya kasih sayang semata kepada si kecil. Namun demikian orang tua janganlah terlalu cemas dan panik ketika si kecil sakit, panas, sakit batuk-batuk, sakit kembung dan lain-lain yang sekiranya sakit itu tidak parah dan tidak membahayakan bagi si kecil. Terkadang sakit panas, masuk angin, kembung, batuk-batuk, keseleo, bahkan sakit sawanen (orang jawa), itu merupakan pertanda si kecil akan meningkat otak dan kecerdasannya.

Berbicara soal anak yang pandai atau anak yang bodoh kembali kepada kita sebagai orang tuanya, maka kita jangan langsung menyalahkan kepada anak itu bodoh, tidak boleh itu akan menunjukkan diri kita ini selaku orang tua yang justru egois. Ingin mengetahui anak kita ini nanti ketika besar cerdas atau pandai dapat kita ketahui dengan cara melihat glagat dan lagaknya si kecil itu, atau boleh dibilang kita lihat ciri-cirinya. ada tiga ciri anak cerdas yaitu mampu beradaptasi, bisa menyelesaikan situasi yang bermasalah, dan mereka bisa belajar dari kesalahan. Sehingga, anak nggak mengulang kesalahan yang pernah dia lakukan. Soal mampu beradaptasi ini dipengaruhi oleh temperamen anak, Seperti kita tahu ada anak yang memiliki temperamen mudah beradaptasi, ada yang butuh waktu untuk beradaptasi dan ada yang sulit beradaptasi. Temperamen ini bisa dibilang udah merupakan bawaan bayi dan bersifat genetik. Temperamen orang tua kayak apa biasanya menurun ke anaknya. Jadi sifat kedua orang tuanya diturunkan kepada anaknya, ketika sifat orang tuanya baik dan itu merupakan sifat dominan tentu anaknya rata-rata akan menjadi baik ini sesuai dengan terori perkawinan silang. Tapi, temperamen ini bisa diminimalkan. Ada pula anak yang masih kita kasih kesempatan untuk sering ketemu dengan lingkungannya yang baru.

Saat kita menjumpai anak dengan temperamen difficult bertemu dengan lingkungannya baru, sebagai orang tua kita tidak perlu mendorong-dorong anak atau dengan kata lain memaksa mereka tetapi, ajak dia masuk ke lingkungan baru, didukung untuk bisa masuk ke lingkungannya dan diapresiasi ketika dia udah bisa melakukan adaptasi. Bahkan kalau perlu berikan reward atau hadiah sehingga anak akan semakin mengerti dan mengenal lingkungannya dengan baik lagi karena mendapatkan sesuatu yang si anak inginkan. Kemudian ada anak yang bisa menyelesaikan situasi dimana keadaan tersebut bermasalah artinya anak nggak sebentar-sebentar merengek minta tolong ketika mereka berada di situasi sulit, si anak ini berusaha dan berupaya sekuat tenaga untuk mengatasinya sendiri tanpa meminta bantuan dari orang lain walaupun dia sangat bersusah payah. Di sini, orang tua tidak perlu memahami dan memberi kesempatan anak untuk menyelesaikan masalah si anak tersebut, tapi dengan dia berupaya dan berusaha terhadapa suatu permasalahan yang hendak dia lakukan kita dapat mengetahui oh, anak ini memiliki sesuatu yang lebih. Maka orang tua jangan hanya sekedar menonton dan melihat saja ketika mengerti dan tau kondisi anak kita seperti itu, tapi ikutlah membantu sehingga anakpun semakin tau dan bertambah pengetahuannya tanpa sadar orang tua telah memberikan contoh pendidikan yang baik kepada anaknya, yaitu ketika aku bersusah payah aku ditolong sehingga kalau ada orang lain juga bersusah payah seperti saya berarti sayapun juga harus menolong ini logikanya seperti itu. Kemudian, Ketiga ciri tersebut nggak berbanding terbalik. Artinya apa anak yang tidak punya salah satu dari tiga ciri itu bukan berarti tidak cerdas. Artinya problem solvingnya sesuai dengan permasalahannya, bisa adaptasinya juga sesuai tahapan berkembangan anak. Basic-nya tahap perkembangan anak dan tugas perkembangan anak. Dengan demikian terkadang kita menjumpai anak yang ketika masih duduk di bangku SD/MI itu pandai cerdas namun ketika dia duduk di bangku SMP/MTs belum tentu kepandaian sama ketika waktu duduk di SD/MI, ada juga waktu dia sekolah sering terlambat, sering membolos, sering bertengkar namun ketika dia masuk kedunia kerja dia malah berprestasi, dan menjadi baik. Ada anak yang usia sekolah karena anaknya orang kaya, dia disekolahkan disekolah yang favorit, semua kebutuhan terpenuhi, uang saku, uang jajan, diberi jam tambahan bahkan segala peralatan sekolah yang ia sediakan di belikan oleh orang tua, tetapi pada saat selesai sekolah belum tentu anak tersebut langsung dapat pekerjaan, tetapi di lain tempat ada anak yang sama-sama usia sekolah, dia anaknya orang tidak punya, miskin, orang desa, terkadang untuk memenuhi kebutuhan keluarganya pas-pasan bahkan terkadang kurang harus utang sana-utang sini, gali lubang tutup lubang. Si anak ini dengan segala kekurangan yang dimiliki oleh orang tuanya namun gigih untuk tetap menyelesaikan sekolahnya, karena orang tuanya miskin tidak punya, segala kebutuhan sekolahnya tidak bisa terpenuhi seperti anaknya orang kaya tadi sehingga kepandaian ya pas-pasan. Tetapi karena berangkat dari keprihatinan dan latar belakang kemiskinan orang tuanya tadi ada semangat yang tumbuh dari diri si anak tadi untuk merubah nasib dan merubah dirinya, sehingga dia selesai sekolah mencari pekerjaan dia langsung dapat pekerjaan dan mampu berprestasi. Ini satu contoh buat kita bahwa kita tidak boleh mengatakan anak itu bodoh, tetapi beranggapanlah bahwa setiap anak itu tidak bodoh semua. Allah menciptakan manusia itu dengan latar belakang yang berbeda namun ada tujuannya, terkadang dibalik kekurangannya itu ada kelebihan yang dimiliki oleh anak tersebut, namun kita tidak tau kelebihan apa yang dimiliki oleh anak kita itu. Sehingga orang tua lebih dini mengidentifikasi hobi, kebiasaan dan kelebihan anak. Sehingga ketika sudah bisa diidentifikasi lebih dini atau sejak mulai kecil orang tua akan membimbing atau membina anak tersebut sesuai dengan kemampuan dan keahliannya. Malah ada juga yang harus dikursuskan, didatangkan ahli untuk melatihnya, dengan harapan kelak dikemudian hari keahlian, kebiasaan dan kemampuan anak sedari kecil akan menjadi suatu prestasi tersendiri bagi anak tersebut. Tentu orang tua sedikit berfikir dengan melatihnya, dengan membinanya, dengan mensekolahkan dan mengkursuskan akan butuh waktu, butuh dana dan juga kesiapan anak tersebut tapi yang paling penting disini adalah kesabaran orang tua dalam membimbing dan mendidik. Jangan putus asa, jangan merasa lelah, jangan merasa jenuh, jangan merasa bosan terus kita didik dan kita didik tanpa mengenal lelah dan bosan. Dengan demikian apapun kondisi, keadaan anak kita, apakah anak itu memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkunganny atau tidak, mampu menyelesaikan masalahnya sendiri atau tidak dimasa kanak-kanak atau masa kecil, bukanlah merupakan penghalang bagi orang tua untuk memiliki anak yang pandai dan cerdas, masih banyak kesempatan dan waktu untuk mendidik anak-anak selama kita focus, konsisten, dan terus menerus tidak mengenal waktu. Allah sendiri menciptakan manusia dalam keadaan sempurna dibandingkan dengan makhluk hidup yang lainnya. Dari kesempurnaan yang diberikan oleh Allah tersebut, bukan berarti manusia lahir langsung sempurna, tidak. Namun kesempurnaan tersebut akan diperoleh secara bertahap dengan berbagai macam proses, selama perjalanan hidupnya. Kesempurnaan tersebut harus dilihat oleh manusia sebagai sesuatu yang harus disyukuri dengan cara dipupuk, dilatih, dibina, dibiasakan, dengan berbagai macam latihan dan pembinaan, dari kebiasaan-kebiasaan itu akan menjadi kematangan dalam jiwa dan diri anak tersebut. Secara lahir dan batin seorang anak bisa kita bentuk dan kita arahkan kemana mereka harus menentukan hidupnya, jangan khawatir terhadap anak-anak yang kecerdasannya belum muncul pada saat masih kecil atau pada saat masih sekolah, dan kecerdasan yang dimiliki oleh anak pada waktu kecil bukan jaminan utama dalam kehidupan ini tapi jaminan itu yang menentukan adalah Allah SWT. Tentu setiap orang tua pasti akan merasa cemas ketika melihat perkembangan anaknya tidak sesuai dengan perkembangan teman-temannya, dalam hal ini kita berbicara tentang anak yang sama-sam dilahirkan dalam keadaan sama yaitu Normal, tapi perkembangan anak ini tidak harus dipersepsikan sama antar anak yang satu dengan anak yang lain, pasti dalam perkembangannya ada perbedaan. Perbedaan tersebut menjadikan orang tua akan semakin semangat didalam mendidik anak, jangan sebalik orang tua selalu membandingkan anaknya dengan anak orang lain. Sebab anak kita adalah merupakan cerminan dari diri kita, kalau anak kita cerdas atau tidak cerdas, itu juga merupakan potret kita waktu kita masih kecil. Kemudian kekurangan dari anak kita jangan dijadikan sebagai perwujudan untuk membunuh karakter anak tersebut, tetapi dibalik kekurangan tersebut dijadikan oleh orang tua untuk memberikan motivasi kepada anak untuk bangkit, dan berjuang dari kekurangannya bagaimana caranya anak tersebut bisa menutupi kekurangannya. Ayo kita bangkitkan semangat anak kita, ayo kita berikan motivasi kepada anak kita, berikan kepercayaan kepada mereka, agar mereka tidak merasa tersisih dan tersingkir dari kekurangannya itu. Jangan dijadikan kekurangan itu suatu kebodohan yang dimiliki oleh anak-anak yang mungkin pada saat itu, pada masa itu kelebihan dan karakter pada dirinya belum muncul, tapi yakinlah bahwa kelebihan yang dimiliki oleh anak itu suatu saat akan muncul sebab pada proses perkawinan silang itu ada sifat dominan dan ada sifat resesif yang dimiliki oleh kedua orang tuanya. Kedua orang tua sangat berpengaruh sekali terhadap perkembangan anak. Maka orang tua dulu terutama adalah orang-orang jawa mengatakan kalau mencari jodoh atau pendamping hidup itu harus sesuai dengan unen-unen jawa, yaitu BIBIT, BEBET, BOBOT. Tapi apakah kita harus sesuai dengan unen-unen Jawa tersebut dalam mencari pasangan hidup?, tentu tidak, itu hanya salah satu petunjuk atau acuan buat kita untuk mencari pasangan atau pendamping hidup. Dikarenakan pasangan hidup kita nanti akan melahirkan anak sebagai generasi penerus cita-citanya orang tuanya, kalau anak dilahirkan dari pasangan yang baik, berbobot dan cerdas keturunan yang akan dilahirkanpun juga muncul sifat tersebut seperti sifat kedua orang tuanya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Betul pak guru, saya setuju BIBIT, BEBET dan BOBOT. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah, pak guru.

03 Nov
Balas

Terima kasih semuanya...semoga bermanfaat untuk nambah pengalaman..

03 Nov

Setuju, sukses selalu dan barakallah

03 Nov
Balas

Amien..Amien...

03 Nov

Sangat percaya dengan filosofi Jawa, bibit, bebet, bobot selain agamanya no 1 .salam kenal

03 Nov
Balas

Salam kenal kembali Bu, trims atas atensinya

03 Nov



search

New Post