T3/365

Oleh: Mudliatun Nachiyah

Bagi sebagian orang, traditional massage alias pijat menjadi solusi tepat utuk menghilangkan penat. Minum obat terkadang hanya jadi pelega sesaat. Akhirnya yang diinginkan tetap pijat. Seperti kebiasaan Pak Maruji. Baginya pijat berfungsi lebih cepat daripada segala obat.

Sejak kematian Pak Sabar, tukang pijat langganan, Pak Maruji belum menemukan pengganti yang pas untuk memijat tubuhnya yang mudah lelah. Sudah beberapa tukang pijat langganan tetangga dicobanya, namun tubuhnya tidak merasakan lebih sehat.

Kemarin pagi Pak Maruji teringat sahabatnya, Pak Yo, yang telah wafat dua tahun silam. Dia pun mengajak istrinya untuk mengunjungi Bu Yo. Silaturahmi. Ketika tiba di rumah Bu Yo, saling bercerita mengenang Pak Yo, tiba- tiba Bu Yo bertanya,

" Masih suka pijat, Pak Maruji?"

"Dulu biasanya Pak Yo yang sering menelpon Pak Sabar untuk memijat Pak Maruji sepulang kantor", tambah Bu Yo sambil menatap Bu Maruji.

Pak Maruji langsung menyahut,"Bu Yo, ada tukang pijat lagi? Saya belum menemukan pengganti Pak Sabar".

Bu Yo menginformasikan bahwa anaknya Pak Sabar yang sulung saat ini yang melanjutkan profesi Pak Sabar.

"Ini saya beri nomor telpon putranya Pak Sabar. Kalau mijet juga enak seperti pijatan bapaknya", kata Bu Yo.

"Alhamdulillah, ini berkah silaturahmi saya menemukan tukang pijat kembali", Pak Maruji merespon dengan wajah sumringah.