T1/365

Oleh: Mudliatun Nachiyah

Pagi yang cerah. Matahari mengintip dari pepohonan di halaman rumah. Awal tahun baru, 1 Januari 2022, kubuka gawaiku dan bermunculan ucapan Selamat Tahun Baru. Alhamdulillah, meskipun tak ada perayaan spesial, saling mendoakan tidak ada salahnya, kan?

"Happy New Year 2022", begitu mereka kirim ucapan untukku. Melalui ungkapan itu, setiap individu berharap bahagia (happy) dan mendoakan kebahagiaan (happiness) sejak awal tahun sampai akhir. Tahun berikutnya? Tentu saja 'Happy New Year' lagi dan lagi. So, hal terpenting yang diinginkan tiap individu itu ternyata b.a.h.a.g.i.a. (Eh, seperti endingnya kisah Cinderella, "Finally, they lived happily ever after".)

Happy- happiness, bahagia- kebahagiaan, ada di mana? Tak perlu repot mencari ke sana kemari, karena bahagia itu ada di hati, dalam mindset kita. Ketika harta, jabatan, keluarga, komunitas sosial dan sebagainya tak mampu menjamin munculnya "selalu bahagia", maka kita sendirilah yang paling berhak menciptakan bahagia seiring dengan anugrah Sang Maha Kuasa.

Para pendahulu kita telah mengajarkan 'Doa Sapu Jagat' Rabbanaa Aatinaa fiddunyaa hasanah wafil aakhirati hasanah waqinaa 'adzabannaar untuk memohon kebahagiaan (hasanah) di dunia dan di akhirat. Hasanah menjadi harapan yang disertai pasrah (tawakkal) pada sang Maha Pencipta.

Mau bahagia? Mari kita miliki mindset untuk memupuk sikap sabar, syukur dan ikhlas menerima takdir terbaik-Nya. Hal ini akan melahirkan bahagia yang tiada tara. Insyaallah.

#Selamat Tahun Baru. Semoga rahmat dan rida Allah SWT menyertai kita s'lalu.

Nur An Najiyah, 1 Januari 2022