Mudliatun Nachiyah, M.Pd.

Seorang ibu dengan 4 anak yang 'refreshing'nya adalah membaca, yang suka diajak keliling dunia (gratis), dan masih berkeinginan belajar menulis. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Mbah Rah dan Kearifan Lokal

Mbah Rah dan Kearifan Lokal

"Saya senang melihat foto mereka yang gagah, tampan dan bening", kata Mbah Rah (Sarah, 60 tahun) tersenyum bahagia sambil mengamati salah satu foto keluarga di album pernikahan Yaumi.

"Dulu ketika bayi -hampir semua sepupu dan adikmu- saya yang memandikan dan memijat mereka sambil berdoa agar menjadi anak saleh", lanjut Mbah Rah, menemani Yaumi yang sedang menyusui bayinya.

"Bila sedang menyusui bayi jangan sambil minum, nanti bayinya tersedak", tanpa sadar Mbah Rah mengajarkan etika menyusui pada Yaumi.

Meskipun usianya sudah uzur, ingatan Mbah Rah masih kuat. Ketika sebulan yang lalu Yaumi memintanya untuk merawat dan memandikan bayi pertamanya, Mbah Rah masih bersedia.

Yaumi senang menyaksikan cara Mbah Rah memandikan bayi. Usai menyiapkan air hangat dan perlengkapan mandi serta baju bayi, Mbah Rah menggendong bayi dan meletakkan di pangkuannya. Dengan penuh kasih sayang, dilepasnya baju bayi. Bayi dipijat dengan lembut kemudian siap dimandikan. Mbah Rah mengambil air dan menyiramkan air ke tubuh bayi bagian bawah, mulai pusar sampai kaki.

"Disucikan dulu bagian bawah ini", kata Mbah Rah seolah mengajari Yaumi dan siapapun yang melihat proses memandikan bayi.

Selanjutnya, sudah menjadi kebiasaannya, Mbah Rah memisahkan air mandi dan air bersih yang untuk bilasan terakhir. Sebelum bayi dimandikan, Mbah Rah mengusap wajah bayi, tangan, sebagian kepala, telinga dan kaki bayi berurutan sambil melafalkan niat wudu. Kemudian air dialirkan ke seluruh tubuh. Kepala dan tubuh bayi pun disabun. Setelah merata sampai ke sela- sela jari, bayi pun dibilas sampai bersih.

"Bila melepas baju atau celana bayi, dahulukan tangan/ kaki kiri. Sedangkan bila memasangnya, dahulukan anggota tubuh yang kanan", ucap Mbah Rah tanpa nada menggurui. Yaumi tahu, semua ini ittibak Rosulillah SAW. Yang melakukan ini tentu mengharap rahmat dan rida Allah SWT.

Minggu- minggu pertama kelahiran bayinya, Yaumi sempat mengalami baby blues. Perasaan ingin marah dan emosi yang kurang stabil dialaminya. Alhamdulillah, kehadiran Mbah Rah menenangkannya. Meskipun perempuan tua itu tak pernah dicurhatinya, kalimat- kalimat spontan yang keluar dari mulut Mbah Rah bisa menjadi dukungan yang membuatnya nyaman.

"Selain ilmu yang bermanfaat dan amal jariyah, memiliki anak saleh itu membahagiakan orang tua dunia akhirat", celetuk Mbah Rah saat memijat kaki Yaumi, usai bayinya dimandikan.

"Sayangilah bayimu, anakmu, biar nanti mereka juga menyayangi dan mendoakanmu selamanya sampai engkau tiada", Mbah Rah melanjutkan.

"Berarti bila ingin anak saleh itu dimulai dari sikap orang tua pada anaknya, ya Mbah?" timpal Yaumi menegaskan.

Mbah Rah manggut- manggut membenarkan. Yaumi sering belajar kearifan dari Mbah Rah dan merasa nyaman ada Mbah Rah yang mendampinginya meskipun tidak bersama ibu dan ibu mertua, yang saat ini tinggal nun jauh di luar kota.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren ulasannya

02 Sep
Balas

Terima kasih apresiasinya, Bunda. Salam literasi.

02 Sep

Pelajaran yang sangat berharga dari Mbah Rah, ya Bu. Sangat bermanfaat. Salam sukses sealalu!

01 Sep
Balas

Iya, Bunda. Terima kasih.Aamiin.

02 Sep



search

New Post