Mudliatun Nachiyah, M.Pd.

Seorang ibu dengan 4 anak yang 'refreshing'nya adalah membaca, yang suka diajak keliling dunia (gratis), dan masih berkeinginan belajar menulis. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Melestarikan Tanaman Pohon di Halaman Rumah

Melestarikan Tanaman Pohon di Halaman Rumah

Ingin lingkungan yang teduh, sejuk dan bikin betah? Tanamlah pepohonan. Begitu kira- kira pesan tersirat dari sikap ayahku.

Pada akhir tahun 90-an, sepetak tanah ladang yang ditumbuhi aneka ragam tanaman mulai dari paku- pakuan, rerumputan, tanaman perdu sampai pepohonan siap diubah sebagai hunian. Ayahku, pemilik ladang itu, berniat memberikan tanahnya untukku dan adik- adikku. Sebagai anak sulung, aku mendapatkan kesempatan pertama untuk mengubah sebagian ladang itu sebagai hunian.

Sore itu ayah mengajakku ke ladang dan menunjukkan lokasi yang dia kehendaki untuk rencana hunian anak- anaknya.

"Bangunlah rumah di sini secukup yang kauperlukan", kata ayah sambil menjelaskan batas- batas tanah milik ayah yang berdempetan dengan tanah tetangga. "Namun pohon- pohon besar itu jangan ditebang dulu", lanjutnya sambil menjelaskan riwayat pohon- pohon yang sudah puluhan tahun tumbuh di ladang itu, seperti pohon mangga, kelapa, kelengkeng dan rambutan. Ada pepohonan yang baru beberapa tahun ditanam oleh ayah, seperti pohon kelapa hijau, pisang dan mangga Manalagi. Ayah begitu mencintai pepohonan, sehingga meskipun ihlas tanahnya diberikan pada anak- anaknya namun sepertinya masih merasa sayang bila pepohonannya ditebang.

Ladang itu memang rimbun. Selain pohon- pohon tersebut, ada juga pohon nangka, rambutan dan kelengkeng yang tumbuh melengkapi tanaman ketela pohon, beluntas, kersen dan sebagainya. Mengelilingi ladang dengan aneka tanaman menjadi sebuah kebahagiaan menghapus ketegangan setelah seharian bekerja di kantor. Hal itu sering dilakukan ayah. Ayah biasanya duduk di bawah pohon dengan angin semilir. Terkadang sambil minum air kelapa muda yang diambilkan oleh tukang kebun langsung dari pohon. Bila ada pisang yang masak pohon, ayah segera memerintahkan tukang kebun untuk mengunduhnya. Saat musim buah rambutan, anak- anak tetangga juga turut memanennya. Ayah memperbolehkan mereka memanjat pohon asalkan hati- hati.

Tahun 2001, hunian sudah bisa ditempati. Seperti pesan ayah padaku, beberapa pohon kupertahankan. Ada dua pohon mangga Gadung yang tersisa, tidak ditebang. Aku merasakan manfaat adanya pepohonan. Rumah terasa teduh dan udara sekitar rumah terasa lebih segar.

Waktu berlalu, pohon- pohon di sekitar rumah pun bertambah. Selain tanaman hias dan tanaman berbau wangi, aku sengaja menanam pohon rambutan, sawo, jambu, srikaya dan kelengkeng sebagai pengganti pepohonan yang ditebang saat pendirian bangunan. Selain bonus oksigen yang menyegarkan pernafasan, tanaman pohon menghadirkan satwa liar yang menyenangkan mata dan menenteramkan hati. Siapa yang tidak suka menyaksikan kupu- kupu dan burung beraneka warna yang beterbangan dari satu dahan ke dahan lainnya di depan mata? Siapa yang tidak mau mendengar kicau burung bersahut- sahutan yang enak didengar?

Melestarikan pepohonan di sekitar rumah sebagai langkah kecil yang bermakna untuk turut memelihara lingkungan menjadi lebih nyaman. Polusi udara berkurang dan air tanah terasa lebih segar. Setiap orang yang datang merasakan ketenangan dan kenyamanan. Aku pun merasakan betapa betah berada di rumah yang dikelilingi pepohonan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post