"Pah, kulihat kamu tetap beraktifitas sehari-hari. Keluar masuk rumah, tapi sehat ya Pah," tanyaku ke sahabatku Suripah. Di wanita karir, kemana-mana memang memakai masker, kulihat juga sanitizer di dalam tasnya. Tissue antiseptik, minyak kayu putih, juga lengkap. "Kamu ndak takut virus mematikan ini?" Mumpung ketemu disini, di puskesmas berdua, jadi bisa cerita.

"Sama aja Pah, sama takutnya. Tapi ini kan takdir, dan hidup harus terus berjalan. Kalau aku berhenti, sampai kapan? Jalani aja, hati-hati, karena virus kan ndak kelihatan. Kecuali kalo kamu, besar, di deketi bisa langsung lari. Sama-sama tidak pastinya, lakukan saja semua yang baik dan menyenangkan, biar kita jga stress, ga bingungan."

"Iya ya Pah, kapan hari aku takut bener, badanku adem panas. Dulurku yang di Kalimantan, kan positif. Takut aku Pah, takut nular. Kan dia telpon aku, langsung tak tutup. Ya Allah ..." Duh Makripah, mana mungkin telpon menular. Beginilah kalo takut itu berlebihan, semua makin tidak sadar. "Makripah, Suripah, waktunya masuk untuk suntik vaksin ya ...." Kanipah, petugas puskesmas memanggil kami berdua.

Selamat menjalani hidup sehat sahabat 💗