Lelaki Gerhana
LELAKI GERHANA
~ Fariz
Sebatang kretek tinggalkan kepul hitam, tertanda tembakau tanpa cukai terselip pada
dinding bibir.
Mataharinya gerhana, tatapannya sirna kehidupan, lupa air mata, lupa tawa, luka-luka terlukis di bulat kornea.
Kulit tubuh penuh gambar, warna hitam dan kelabu. Sepasang tangan yang pernah memberinya air susu dan menyuap butir nasi, telah pergi!
Menanggalkan jantung separuh nyawa
demi cinta yang berdosa dengan seorang lelaki.
"Besar cintamu padanya ibu, daripada aku?" Seribu tanya terlontar pada raga yang nyaris termakam.
Sebutir kerikil
tersapu ujung sepatu, menggulung debu jatuh di selokan, tersiar suara kecipak lembut, genggamnya rapuh,
kulit melepuh di bara matahari.
"Ibu mengapa kau lahirkan aku?"
Gedung megah menolak
rebahnya, hanya tepian trotoar mendekap erat kala
dingin menyekap.
Tiada siang hanya malam
gulita, lelaki gerhana mencari sang ibu ingin mengunduhnya, pulang.
Cikarang, 1 Januari 23
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar