Waktu aku masih dalam kabut duka dengan hujan perih menghujam seluruh tubuhku. Malam itu aku memesan topeng yang khas dengan rambut panjang hampir menutupi seluruh muka. Warna merah seperti bumbu cabai dan pentolan di atas dahinya. Aku ingin punya topeng itu sudah lama, sejak aku suka nonton di video topeng itu dipakai dengan gagahnya dan tak ada yang tak mempesona saat topeng itu dipakai di atas panggung. Seorang penari yang meloncat, kemudian salto dan tangannya bagai merak mengepakkan sayapnya.

Waktu itu, Kamis sore hari, seorang kurir paket mengantar pesananku. Aku membukanya dan benar itu topeng yang aku pesan kemarin. Melihat bulunya saja aku sudah merinding ketakutan. Kupakai topeng punyaku dengan gigiku menggigit kayu yang melintang di mulutku. Aku bagai orang kesurupan setelah memakai topeng itu. Tak ada yang bisa menghentikan langkahku menari bagai orang mengamuk. Aku menendang kursi, meja, lalu pintu. Semua aku tendang.

Malamnya, kebetulan malam jumat aku memberinya minyak hitam misil supaya topeng itu selalu wangi. Kuletakkan di dalam lemari dengan golok dan kain ikat lurik Jawa. Entah kenapa, malam itu, saat aku tidur rasanya topeng itu mengetuk dinding lemari. Mungkin hanya perasaanku saja. Aku sebenarnya merinding, tapi aku lebih baik tidur walau perasaan dan pikiranku berkecamuk. Aku bermimpi, aku melihat topeng itu dipakai orang yang membawa golok sambil dibacokkan golok ditangannya itu ke orang-orang yang lewat dan saat dia membuka topeng itu, betapa kaget aku ketika aku tahu bahwa dia adalah aku sendiri. Dia memandang tajam ke arahku dengan dingin hingga aku takut. Aku yang ketakutan dalam mimpi lalu bangun, dan melihat jam yang menunjukkan pukul 12 malam. Ngeri rasanya.

2022