Pak Harun, lelaki berumur 40 tahun itu adalah seorang guru honorer di SMPN 1 Pusat Tanjung. Menjadi guru adalah kebanggaannya dari dulu. Sejak tamat SMA beliau sudah mengabdikan diri sebagai honorer di sekolah itu, dari bertugas sebagai tukang sapu, tata usaha hingga berhasil menyelesaikan S-1 nya di UT dan menjadi guru honorer sejak itu.

Berkali-kali istrinya memintanya berhenti untuk mengabdi sebagai seorang guru karena kondisi ekonomi mereka yang cukup sulit. Istrinya Upik, kerap berkata”sudah lah bang, berhenti saja jadi guru honorer, lebih baik abang fokus berdagang teri medan ini saja ke pekan-pekan, sudah 5 bulan tak gajian”. Harun dengan lembut menjawab,” iya dek, sabar, jadi guru itu penuh berkah, lagi pula barusan abang sudah dapat angin segar dari Pak Edi, bendahara BOS, besok insyaAllah akan gajian”. Begitulah obrolan mereka setiap kali di penghujung bulan ketika semua tabungan sudah habis terkuras dan hutang sudah menumpuk di warung tetangga.

Hari yang dinanti pun telah tiba. Senyum manis Pak Harun selalu tersungging di sepanjang perjalanan dari rumahnya di Teluk Nibung hingga tiba di SMPN 1 Pusat Tanjung. “Assalamualaikum Pak”, sapanya dengan hati berbunga-bunga pada Pak Edi yang duduk sendiri di dalam kantor tata usaha itu. “Waalaikumsalam Pak, Maaf hari ni dana BOS belum cair” jawab Pak Edi padanya bagaikan petir di siang bolong.