Suasana di SMP Negeri 1 Pusat Tanjung semakin hidup sejak kehadiran Ahmad satu tahun yang lalu. Guru Bahasa Indonesia muda itu selalu membuat gebrakan yang inovatif dan memotivasi para guru lain untuk selalu berprestasi. Lelaki lajang ini sadar bahwa ujung tombak pendidikan di sekolah adalah guru itu sendiri. Sayangnya karena di sekolah tersebut beliau masih junior, hampir setiap pekerjaan administrasi mengenai hal-hal berbau teknonologi selalu di kerjakan beliau.

Tak penah dibenaknya merasa terbebani dengan pemintaan-permintaan para guru senior. Baginya, bermanfaat bagi sesama adalah pencapaian yang paling besar sebagai seorang manusia. Dia memegang teguh hadits Nabi Muhammad saw. yang berbunyi “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesamanya”. Bukan hanya para guru, kepala sekolah beliaupun sering memberikan amanah banyak sekali, meskipun hal tersebut di luar dari tugas pokok dan fungsi Ahmad sebagai seorang guru. Pernah sekali, ahmad merasa sangat direndahkan oleh sang kepala sekolah. Guru muda itu berkali-kali disuruh kepala sekolah untuk menghantarkan kotak makanan untuk putri semata wayang kepala sekolah yang kuliah di salah satu kampus ternama di kota Itu, Kampus STAI AL-Hikmah.

Malu ketika di kampus, beliau diledek pembantu atau kurir oleh teman-teman anak sang Kepala Sekolah. Keesokan harinya beliau dipanggil oleh sang Kepala Sekolah untuk masuk ke ruangannya. Dalam hatinya dia bergumam, “Sudah cukup, saya ini Guru, bukan jongosnya, saya tak mau di rendahkan seperti ini”. dengan langkah tegap dan memasang wajah tegar beliau masuk menghadap. Langsung setelah Ahmad duduk, sang kepsek pun berkata, “Sebenarnya, saya sudah lama memperhatikan dan menguji Pak Ahmad, dan saya telah mantap. Maukah pak Ahmad menikah dengan putri saya?.”