Aku sedikit tak percaya. Tapi, ini sungguhan terjadi. Yah, tadinya memang aku menyangka demikian. Ternyata, sangkaan aku, salah total. Ternyata selama ini aku telah menganggap remeh mereka. Meski tak pernah saya ucapkan, namun di dalam hati, mengatakannya. Aku baru tersadar kembali terhadap kalimat bijak : Jangan menganggap remeh seseorang hanya melihat dari tampilannya.

Dua hari aku menggelar bimbingan kepenulisan di sekolah. Maklum, masih semangat 45 dari Sagusabu di Batu. 13 guru di SD Negeri 71 Parepare aku bimbing menuis. Hasilnya, sungguh diluar dugaan. Semuanya ternyata mampu menelorkan tulisan. Cuma dua hari, loh. Bayangkan jika lebih, tentu semakin dahsyat hasilnya. Minimal satu halaman yang diharapkan untuk disetor, ternyata... Benar, mereka menyelesaikan tugas dengan 3-4 halaman disetor.

Melihat hasil yang luar biasa itu, sekurang-kurangnya menurut aku, ini merupakan sampel nyata. Jika sampel ini digunakan untuk mengetahui kemampuan menulis guru di Indonesia, maka hasilnya fantastis. SD Negeri 71 Parepare, dengan 13 guru semuanya mampu menulis. Kesimpulannya, semua guru di Indonesia, MAMPU MENULIS. Jadi, masalahnya apa?

Bimbingan kepada mereka yang berisi dua hal, harus dilakukan. Sagusabu telah melakukan kedua hal tersebut. Pertama, pengetahuan tentang menulis. Kedua, motivasi untuk menulis. Dua hal itu sajakah yang dibutuhkan guru di Indonesia untuk mau dan mampu menulis. Iya, dua hal itu saja. Aku sudah membuktikan! Kalau tidak percaya, coba saja di salah satu sekolah yang anda mau. Syaratnya, pembimbingnya harus yang pernah ikut Bintek Sagusabu. Selain itu, pembimbingnya usahakan yang sudah menulis buku atau punya banyak tulisan. Materi bintek dari Sagusabu juga. Terakhir, semuanya pemabimbing dan peserta harus bernafas he he, bercanda. Serius amat, sih. Segera, buktikan!