Kehidupan terus bergulir pada garis kodrat sang pencipta. Manusia hanya sebatas perencana yang merajut mimipi dan semuanya akan bermuara pada tulisan takdir Illahi. Begitupun juga ada peribahasa bahwa hidup itu pilihan, maka seseorang akan menggantungkan cita-cita hidupnya setinggi bintang yang menggantung di langit. Tinggal kita mencari jawaban itu dengan bekerja keras dan berikhtiar untuk mewujudkan rajutan mimpi hidup itu untuk dapat digapai.

Adalah diri saya, yang mengawali dalam profesi dan jabatan yang baru yaitu sebagai Penilik PUAD di Kota Serang Provinsi Banten. Memiliki pengalaman kerja dulu di jabatan fungsional guru, lalu mencoba pengalaman di struktural, dan kini membanting stir kembali di jabatan fungsional. Mengemban tugas baru sebagai penilik dalam benak adalah sesuatu yang sudah tidak asing lagi, karena sedikit banyak pernah bersinggungan dengan dunia pendidikan. Tetapi dalam prakteknya sangat diuar ekspetasi, karena sesungguhnya yang harus saya lakukan adalah membina dan membimbing para guru lembaga PAUD yang semuanya kaum hawa. Ada kesan sungkan dan kurang leluasa, sebab tidak disangka bahwa pesertanya semua adalah para wanita sedang lelaki hanya saya sendiri. Memang tidak dipungkiri bahwa peluh membahasahi seluruh wajah dan badan. Namun dengan Bismillah, semua saya paksakan untuk melaksanakan kewajiban yang harus saya laksanakan dan sampaikan kepada sekumpulan emak-emak disatu rauang pertemuan itu.

Waktu berjalan dan kelakar candaan menjadi pemecah suasana pertemuan itu, dan dalam diri saya menegaskan bahwa “Super Emak-emak” (baca: para guru PAUD) yang mengerumuni sedari tadi sudah bisa ditaklukan. Antusias dan semangat mereka sangat luar biasa. Tersirat harapan dan kebanggaan diraut wajah mereka sebagai pendidik di lembaga PAUD. Dari pengalaman pertama itu banyak pelajaran dan motivasi yang tumbuh dalam diri untuk menjadi kepanjangantangan atas harapan mereka. Ternyata menjadi penilik adalah suatu anugerah tersendiri yang dapat dinikmati, menjadi orang paling gagah dan dicari oleh oleh “Super Emak-emak” di wilayah binaan saya. Sekarang rasa sungkan yang dulu bergelayut tidak lagi nampak, sebab semakin sering mengadakan pertemuan sudah menjadi sesuatu yang biasa lagi. Antusias dan kesungguhan “Super Emak-emak” yang menjadi motivasi dan pendorong saya untuk membuat program berkelanjutan terkait dengan peningkatan mutu pendidikan di lembaga Pendidikan Anak Usia Dini.

Semoga “Super Emak-emak” yang mengabdi dengan tulus dan keikhlasan dalam membimbing, mendidik, dan mengajar penerus bangsa menjadi barokah tersendiri, sebab tidak sebanding dengan finansial yang diterima atas jasa yang diberikan. Amin.