Kesunyian Menderai (Tagur 365, H-052) (Menulis H-1089)
Di kala sang jumantara tak lagi membiru
Memucat hingga memendarkan gumpalan pirau
Hati serasa menyesah dalam balutan risau
Layuh seiring hamparan senja yang kian kelabu
*****
Remang kebimbangan telah menepak suram
Rangkaian kegalauan makin erat menganyam
Bongkahan kenang membayanv kisah kelam
Berjuta asa makin lama kian merencam
*****
Seberkas sinar kemerahan mengguguh payah
Membersit getaran rasa yang semakin menggetah
Menahan gejolak rindu yang makin menyesah
Membuat lisanku membisu tak sanggup lagi berkisah
*****
Kala sang mega menjelma dalam untaian aksara
Menggurat resah dalam dekap rengkuhan sukma
Kesunyian menderai menaburkan puing nestapa
Mengoyak gumpalan tenang yang berlabuh di dada
Ngawi, 21-02-2023, 17.59
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mtr swun persetujuannya, Admin. Semoga sehat selalu. Barakallah...
Masya Allah, luar biasa puisinya bu, izin follow ya
Mtr swun sangat apresiasi dan supportnya, Pak Lukman. Sy fb balik, nggih. Barakallah...
Keren puisi makna. Salam sukses.
Mtr swun apresiasi dan supportnya, Bundsaykuu... Sam sukses juga kagem Njenengan. Barakallah...