MUKIDI

ilmu laksana guguran air hujan.. kembali ke tanah... menjadi mata air mencari anak sungai.. berjalan sampai muara dan dipanggil langit sebagai awan dan menjadi ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Meng-Indonesiakan Bahasa Indonesia

Meng-Indonesiakan Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia terbentuk dari perpaduan berbagai macam unsur bahasa daerah yang ada di Negara Indonesia yang melebur menjadi satu. Ada bahasa Melayu, bahasa Batak, bahasa Betawi, bahasa Sunda, bahasa Jawa dan lain sebagainya.

Unsur serapan dari bahasa daerah sangat mempunyai peranan yang besar pada awal perkembangan bahasa Indonesia. Walaupun kebanyakan para tokoh nasional adalah kaum terpelajar dan bertatus sosial tinggi dan sangat menguasai bahasa Belanda. Tetapi sangat jarang mereka memasukkan bahasa Belanda sebagai unsur yang dapat diserap ke dalam bahasa Indonesia. Kesadaran nasionalisnya menyingkirkan kemauan menonjolkan derajat pendidikan atau derajat sosialnya.

Pada kelanjutannya bahasa Indonesia tidak hanya dipergunakan sebagai bahasa persatuan. Tetapi juga digunakan sebagai bahasa resmi Negara dan bahasa resmi yang digunakan dilembaga pendidikan dan pemerintahan. Sehingga, bahasa Indonesia menjelma menjadi alat komunikasi di berbagai macam bidang kehidupan seperti bidang pemerintahan, pendidikan dan sosial.

Pada awalnya perkembangan bahasa Indonesia diharapkan harus mampu berjalan beriringan dengan perkembangan bahasa daerah. Serta perkembangan bahasa asing yang tidak mungkin ditolak keberadaannya. Sehingga diharapkan, bahasa Indonesia dapat tumbuh dan berkembang beriringan dengan bahasa daerah dan bahasa asing. Bahasa daerah sebagai bahasa asal muasal dari bahasa Indonesia. Dan bahasa asing sebagai bahasa perantara antara negara.

Bahasa daerah yang merupakan bahasa ibu dan jumlahnya sangat banyak harusnya menjadi lumbung bahasa Indonesia. Tetapi pada kenyataanya yang kita lihat dan alami, perkembangannya bahasa indonesia terlihat berjalan terseok-seok. Banyak orang lebih suka menggunakan bahasa asing di lingkungan terkecilnya dari pada menggunakan bahasa daerah tempat mereka berdomisili.

Berbagai macam alasan sering kita diuraikan. Salah satunya adalah sebagai salah satu tuntutan jaman. Memang tidak dipungkiri, dengan pesatnya perkembangan teknologi disegala sendi kehidupan masyarakat dunia banyak memberikan perubahan di kehidupan berbahasa masyarakat Indonesia.

Orang tua lebih bangga anaknya pandai berbahasa Inggris daripada berbahasa daerah atau bahasa Indonesia. Akibatnya bahasa Indonesia bukan sebagai pilihan utama. Apalagi bahasa daerah yang merupakan dasar dari bahasa Indonesia. Sedikit demi sedikit mulai ditinggalkan penggunaanya oleh masayarakat kita.

Pada jaman sekarang, bahasa bukan hanya digunakan untuk alat berkomunikasi. Tetapi juga untuk gaya hidup. Dari bahasa yang orang digunakan dapat di ketahui tingkat pendidikan ataupun tingkat sosialnya.

Akan tetapi tidak semua perkembangan itu memberikan dampak baik bagi perkembangan bahasa Indonesia. Walaupun telah diserap ke dalam bahasa Indonesia, tetapi orang lebih suka menggukan istilah asingnya dari pada menggunakan istilah dalam bahasa Indonesia.

Pada tempat tempat tempat umum sering terpampang petunjuk yang lebih mengunakan bahasa asing tanpa ada keterangan dalam Bahasa Indonesia. Contohnya banyak toko menggunakan istilah close dan open untuk menunjukkan tokonya tutup atau buka. Rumah sakit lebih banyak menggunakan istilah ICU ( Intensive Care Unit ) dari pada UGD ( Unit Gawat Darurat ).

Demikian pula di lingkungan dunia pendidikan. Banyak guru lebih suka menggunakan istilah argumen daripada alasan. Mengunakan kata studi daripada belajar. Assasment untuk penilaian. Supervisi untuk pemeriksaan. Menggunakan kata ekspektasi daripada menggunakan kata keinginan. Dan lain sebagainya.

Walaupun hal-hal tersebut disahkan dalam khasanah keilmuan bahasa tetapi hendaknya kita mempunyai tanggung jawab moral untuk tetap melestarikan penggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bahasa Indonesia yang berakar dari bumi Indonesia yang kaya akan bahasa daerah.

Sekarang yang sering kita alami. Kesukaan menggunakan istilah asing seolah sudah menjadi sesuatu keharusan supaya kita dapat disejajarakan dengan golongan orang berpendidikan atau intelektual.

Kata gadget (dibaca gejet), download, online, babysister, familier, netizen, host lebih sering digunakan daripada mengunakan istilah gawai, unduh, daring, terkenal, warganet, pemandu acara.

Dahulu bahasa asing kita jadikan sebagai alat pembanding dan perantara untuk memperkenalkan bahasa Indonesia ke dunia internasional. Banyak Negara asing telah memasukkan kurikulum Bahasa Indonesia ke sistem pendidikannya. Sehingga telah ada celah bagai Bahasa Indonesia untuk lebih terkenal di dunia luar. Jangan sampai suatu saat orang luar negeri datang ke Indonesia ingin mendalami bahasa Indonesia tetapi yang didapat malah bahasa yang campur aduk.

Sekarang tinggal kita sendiri yang memutuskan. Menggunakan bahasa Indonesia yang penuh yang sudah tidak Indonesia ( karena banyak unsur serapan bahasa asingnya). Atau saatnya kita meng-Indonesiakan bahasa Indonesia. Caranya adalah dengan menggunakan bahasa Indonesia yang menggunakan yang baik serta benar dan tanpa harus malu mengunakannya.

Kalau bukan kita siapa lagi. Dan kalau tidak mulai dari sekarang kapan lagi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post