MUKIDI

ilmu laksana guguran air hujan.. kembali ke tanah... menjadi mata air mencari anak sungai.. berjalan sampai muara dan dipanggil langit sebagai awan dan menjadi ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Pak Bandot

Pak Bandot

Setiap melihat Pak Bandot, orang pasti akan risih melihatnya. Badan yang tidak terawat dengan menggunakan pakaian yang ala kadarnya. Ditambah bau balsem yang menyengat setiap berada didekatnya.

Hampir semua orang didesa Sukamaju tidak tahu nama asli Pak Bandot. Demikian juga aku. Setahunya seluruh warga desa memanggil lelaki tua itu dengan sebutan yang sama, yaitu Pak Bandot. Dan ketika ada orang yang menanyakan nama aslinya, Pak Bandot cuma menjawab dengan tertawa. Tanpa sepatah katapun sebagai penjelas.

Menurut para warga, Pak Bandot sudah berada di desa itu sudah lama. Mungkin dari desa itu baru dihuni beberapa keluarag. Dan para warga memanggilnya dengan nama Pak Bandot karena kegemarannya memelihara kambing berjenis Bandot. Di gubuknya yang berada di pinggir desa, terdapat lebih dari 15 kambing yang dipeliharanya.

Tapi ada yang aneh dengah kambing-kambing Pak Bandot. Setiap setahun sekali, semua kambing-kambing Pak Bandot hilang entah kemana. Para warga tidak tahu kemana perginya. Setiap ditanya warga, lagi-lagi Pak Bandot menjawabnya dengan tertawa.

Setelah hari raya kurban, biasanya peliharaan pak bendot berganti menjadi kambing-kambing kecil. Yang menjadi teman setia menemati penjalanan sunyinya.

Para warga menduga, setiap setahun sekali kambing-kambing punya Pak Bandot itu dijualnya. Karena biasanya, kambing-kambing itu sudah tidak ada disaat sebelum hari raya kurban dirayakan. Tetapi yang menjadikan rasa penasaran, kenapa kehidupan Pak Bandot tidak ada perubahan. Tiap tahun tetap hidup secara pas-pasan di gubuk tuanya yang berada dipinggir desa.

Suatu saat, para warga Desa Sukamaju terkena musibah. Jembatan penghubung desa terputus terkena banjir bandang. Akibatnya, warga desa tidak bisa kemana-mana. Para warga yang ingin ke sekolah atau ke pasar, terpaksa harus melewati sungai yang arusnya cukup deras.

Setelah beberapi minggu kejadian, ternyata pemerintah desa belum juga melakukan perbaikan. Katanya menunggu bantuan dari pusat yang belum juga ada. Padahal warga desa sudah tidak sabar. Karena akibat rusaknya jembatan itu membuat pemasaran hasil bumi Desa Sukamaju menjadi terganggu.

Atas inisiatif beberapa tokoh masyarakat desa. Disepakatilah membuat jembatan sederhana dengan biaya gotong-royong. Aparat desa memerintahkan anggota karang taruna untuk berkeliling menggalang dana. Aku dan beberapa pemuda pun pergi berkeliling desa. Satu persatu rumah warga didatanginya.

Menurut Pak Sekdes perlu sekitar 20 juta untuk dapat membangung jembatan dari beton dengan kekuatan yang cukup lumayan. Karena kalau membuat jembatan dari bambu saja, hanya cukup untuk para pejalan kaki dan motor saja. Sedangkan untuk mobil tidak mungkin bisa melewatinya. Dan lagi pula, kalau jembatan yang terbuat dari bambu tidak bisa awet alias tahan lama.

Setelah selesai berkeliling desa, saatnya seluruh hasilnya sumbangan dikumpulkan di kantor desa. Bersama dengan aparat desa, anggora karang taruna terlihat sibuk menghitung hasil sumbangan. Para warga memberikan sumbangan secara sukarela. Warga yang tergolong mampu, ada yangmemberikan sumbangan 100 ribu sampai 200 ribu. Mereka berharap jembatan cepat selesai, sehingga mobil yang mereka miliki tidak terlalu lama terdiam digarasi katanya.

Untuk warga pada umumnya, biasanya memberikan sumbangan antara 20 ribu sampai 50 ribu. Dari sekitar 500 rumah di Desa Sukamaju terkumpul dana sebesar 8 jutaan. Masih kurang banyak bila ditargetkan biaya perbaikan jembatan kira-kira sebesar 20 juta.

Dari seluruh warga Desa Sukamaju, hampir semua warga memberikan sumbangan. Cuma gubuk Pak Bandot saja yang tidak di datangi oleh para pemuda. Mereka berpikir, jangankan untuk memberi sumbangan, untuk makan sehari-hari saja sudah susah. Jadi mereka putuskan untuk tidak perlu meminta sumbangan kepada Pak Bandot.

Kepala desa akhirnya mengumpulkan perwakilan dari seluruh warga di aula desa untuk rapat membahas kekuangan dana pembangunan jembatan. Kepala desa menerangkan kalau jembatan ingin cepat diperbaiki, para warga harus melakukan dengan swadaya. Karena bantuan dari pusat tidak tahu kapan datanganya. Ditambah kas desa yang kosong tidak ada isinya. Menjadikan bayangan bangunan jembatan yang baru semakin menjadi angan-angan semata.

Terlihat semua yang hadir duduk terdiam. Cuma Pak Bandot yang kelihatan sedang duduk tenang di pinggir aula. Terlihat dia sedang asyik membersihkan puluhan plastik bekas minuman mineral bekas warga yang tadi dikumpulkannya.

Kepala desa menjelaskan dengan gamblang apa saja kekurangan bahan yang akan dipergunakan. Kepala desa berharap bila ada warga yang ingin memberikan batuan bahan bangnunan, akan sangat membantu cepatnya pembangunan jembatan baru.

Seperti mimpi yang dirasakan warga Desa Sukamaju. Hanya dalam hitungan hari, datanglah bantuan berupa bahan-bahan bangunan yang lengkap seperti yang kepala desa uraikan. Sehingga pembangunan jembatan baru bisa segera dilakukan.

Tapi yang menjadi pemikiran warga, semua tidak tahu dari mana bantuan itu. Termasuk kepala desa. Akhirnya mereka menganggap itu adalah bantuan dari hamba Alloh yang berhati mulia.

Setelah bahan bangunan lengkap, maka dimulailah perbaikan jembatan yang rusak itu. Para penduduk desa bahu membahu dan bersatu padu membantu pembangunan itu. Hampir semua penduduk desa ikut membantu kelancaran pembangunan itu. Termasuk Pak Bandot.

Tapi kadang kehadirannya sering tidak disukai warga. Mungkin karena tubuhnya yang sudah tua dan baunya yang tidak enak, menjadikan ada beberapa warga yang sering memarahinya. Tapi kelihatan Pak Bandot tidak mempermasalahkannya.

Seperti tahu diri, akhirnya Pak Bandot datang ke lokasi pembangunan setelah para warga pulang. Pekerjaannya adalah membersihkan peralatan pembangunan bekas tadi dipakai warga. Ada sekop, cangkul, dan ember dibersihkannya sebelum di disimpan di rumah warga disamping jembatan.

Pagi-pagi setelah solat subuh Pak Bandot sudah dilokasi pembangunan. Dikeluarkannya alat-alat yang kemarin dibersihkannya. Dan dirapikannya bila ada peralatan yang rusak. Tidak lupa ia mengisi ember-ember besar dengan air untuk nanti mencampurkan pasir dengan semen. Setelah semua selesai, lalu Pak Bandot pergi entah kemana.

Ada suatu kejadian yang beberapa hari yang lalu hangat diceritakan warga. Tentang seluruh kambing Pak Bandot sudah tidak ada. Padahal hari raya Kurban masih lama. Lagi-lagi saat ditanya, hanya dengan ketawa Pak Bandot menjawabnya.

Tapi kejadian itu sepertinya tidak terlalu dihiraukan warga. Karena dalam hitungan hari lagi, jembantan yang diidam-idamkan seluruh penduduk desa yang akan selesai. Maka dirancanglah suatu acara peresmian yang akan dihadiri pejabat camat dan tamu undangan.

Hari yang ditunggu akhirnya tiba, acara peresmian akan segera dilakukan. Para tamu undangan sudah banyak yang datang. Tetapi sebelum acara dimulai, ada berita duka. Pak Bandot ditemukan meninggal dirumahnya.

Tapi sepertinya warga tidak begitu memperdulikan kematian Pak Bendot. Bayangan jembatan baru lebih membayangi pikiran warga daripada kepergian sosok tua itu.

Atas kesepakatan bersama, diutuslah beberapa beberapa waga untuk mengurus pemakaman Pak Bandot yang sebatang kara. Dan yang lainya tetap mengurusi acara peresmian jembatan yang sudah lama dinanti-nantikan.

Selepas tengah hari, setelah beberapa sambutan selesai, segera akan diadakan peresmian jembatan berupa gunting pita yang berada tepat ditengah-tengahnya. Pak Camat sebagai undangan utama didaulat sebagai orang yang akan melakukannya.

Sebelum acara gunting pita dimulai, para warga dikejutkan oleh seseorang yang minta izin berbicara didepan warga.

“Para warga yang saya hormati. Sebelum puncak peresmian dimulai. Izinkan saya membuka suatu rahasia, yang saya tidak sanggup menyimpannya sepanjang hidup saya” Kata lelaki itu. Lelaki itu adalah Pak Romli. Seorang yang berasal dari Desa Hegarmanah. Dia terkenal sebagai bandar kambing.

Para warga terdiam dan saling memandang. Termasuk Andi dan teman-temannya.

“ Para warga sekalian. Jembatan yang megah ini bisa selesai seperti sekarang karena jasa seorang yang sekarang sudah tenang di alam baka. Beliau rela malam-malam datang kerumah saya dengan membawa semua dombanya. Dan hasil uangnya pun tidak sepeserpun dinikmatinya” Kata Pak Romli sambil menahan air mata yang akan keluar dari kelopak matanya.

“ Bukan kali ini saja...... setiap setahun sekali. Beliau pasti datang ke tempat saya. Dan selalu membawa domba-dombanya. Kemudian seperti biasa, pulang tanpa membawa uang sepeserpun. Cuma beliau selalu berpesan, supaya saya dapat membantunya memberikan uang itu kepada janda tua, orang miskin, dan anak-anak yatim disekitar daerah ini dan yang terakhir adalah untuk pembangunan jembatan ini..”kata Pak romli melanjutkan.

Para warga masih terlihat kebingungan apa yang dimaksud Pak Romli. Tapi mereka teringat, tentang banyak bantuan seorang dermawan yang selalu datang saat warga desa kesusahan. Tapi warga tidak tahu siapa seorang dermawan itu.

“Dan lelaki berhati mulia itu sekarang sudah tidak ada......lelaki mulia bernama Haji Julfikar tadi pagi telah pergi untuk selama-lamanya.” Kata Pak Romli terisak.

“ Saya ulangi lagi...lelaki berhati mulia itu bernama Haji Julfikar yang tadi pagi telah meninggalkan kita... Haji Julfikar adalah seorang veteran pejuang yang pertama kali menetap dikampung ini....dan...... uang pensiunan veteran pejuangnya tidak pernah beliau ambil....beliau sumbangkan untuk rekan-rekan seperjuangnya yang kurang beruntung.... beliau tidak menikah lagi karena kecintaannya pada mendiang istrinya yang meninggal di medan perang sebagai sukarelawan PMI”. Lanjut Pak Romli.

Semua hadirin terperanjat. Ada yang tidak kuasa menahan air mata. Ada yang termanggu. Tercengang.

Yang meninggal tadi pagi adalah Pak Bandot. Hampir semua tidak tahu dia seorang veteran pejuang kemerdekaan.

Lebih terkejut lagi ternyata mereka baru tahu, nama asli Pak Bandot adalah Haji Julfikar. Semua terdiam. Tidak menyangka seorang lelaki berhati mulia telah lama hidup ditengah-tengah mereka. Lelaki yang seing mereka sepelekan dan sering dipandang sebelah mata.

Tapi sekarang lelaki itu telah tiada. Meninggalkan kebaikan yang dapat dinikmati seluruh penduduk desa. Tanpa sempat dinikmatinya.

Setelah acara peresmian selesai. Tanpa diperintah, hampir semua warga pergi berziarah ke makam Pak Bandot. Makam yang masih bertanah merah. Tanpa bunga dan tanpa pusara.

Dengan dipimpin Pak Kepala Desa semua berdoa. Memanjatkan doa doa supaya lelaki mulia yang tadi pagi meninggal itu mendapatkan tempat terbaik disisi Sang Maha Pencipta.

Akhirnya untuk mengenang jasa-jasa Pak Bandot. Para warga sepakat memberi nama jembatan baru itu dengan Jembatan Julfikar. Seperti nama asli lelaki mulia yang berasal dari desa mereka.

( Selamat Hari Pahlawan )

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post