Muktiyono

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
“Gagal Paham”,  Sebuah Anekdot

“Gagal Paham”, Sebuah Anekdot

Setiap pagi Pak Darpo biasanya duduk di teras sambil membaca koran. Di meja sampingnya tersedia secangkir kopi pahit-pahit manis dan juga beberapa potong molen goreng kesukaannya yang ditaruh di atas piring. Ia sesekali menyeruput kopi, kemudian mengambil molen untuk dimakannya, sambil matanya tertuju kepada koran.

Sesekali Pak Darpo berdiri mendekat kandang burung yang tergantung di langit-langit teras rumahnya sambil nyeteti burung perkutut kesayangannya.

“Thoet thoet thoet. Mbul jambul ayo nyanyi,” kata pak Darpo sambil nyethethi burung dengan ibu jari dan jemari tangannya.

Burung perkutut milik pak Darpo yang dijuluki “Jambul” itu pun berbunyi, seolah sangat patuh dengan majikannya. Pak Darpo sangat girang. Kegiatan Pak Darpo ini hampir dilakukannya setiap pagi.

Edi , anak satu kampung dengan Pak Darpo, sepertinya sudah familier sekali dengan kebiasaan pak Darpo. Anak kelas 5 SD ini melihat aktivitas Pak Darpo setiap pagi ketika lewat di depan rumahnya untuk berangkat ke sekolah. Ia selalu memberi salam kepada Pak Darpo, dan Pak Darpo pun menjawab salamnya dan selalu memberi wejangan.

“ Belajar yang pinter ya le supaya hidupmu sukses kelak.” ujar pak Darpo yang sudah sangat akrab di telinga Edi karena setiap lewat itu-itu saja yang dikatakan pak Darpo kepadanya.

Namun pagi ini Edi sangat terkejut melihat pak Darpo duduk di teras. Ia tercenung sambil memegang pipinya. Koran, secangkir kopi dan sepiring molen dibiarkan tergeletak di atas meja. Wajahnya kusut, tak ada keceriaan seperti biasanya. Edi pun jadi kepo dan menghampirinya.

“Assalamu’alaikum pak Darpo,” salam Edi.“Wa’alaikum salam” jawab pak Pak Darpo lirih.“Lho kenapa Pak Darpo, kok kelihatan sedih dan lesu?” tanya Edi.“Saya sedang sakit gigi le. Sakiiiiiiiit... sekali. Kalau aku lebih baik sakit hati daripada sakit gigi seperti ini le, ” jawab pak Darpo.“Oh gitu ya pak. Itu berarti gigi pak Darpo nggak bersih. Kalau gigi pak Darpo bersih nggak mungkin sakit gigi,” kata Edi menjelaskan.

Mendengar kata-kata Edi sontak mata pak Darpo melotot. Ia marah besar.“Apa? Kurang ajar kamu. Dasar anak tak punya sopan santun. Berani beraninya kamu bilang seperti itu kepada orang tua,” gertak Pak Darpo emosi.

Edi sangat ketakutan mengalami kejadian ini. Ia lari tunggang langgang menuju sekolahnya.

Ditinggalkan Edi, Pak Darpo tidak tinggal diam. Ia melabrak ibunya di rumah yang tidak terlalu jauh dari tepat Pak Darpo.

“Bu Sofi, tolong didik anakmu baik-baik supaya tidak sembrono sama orang tua,” kata Pak Darpo kepada bu Sofi, ibu kandung Edi.“Memangnya ada apa dengan anak saya Pak Darpo?” tanya ibu yang sudah janda ini.“Tanya sendiri pada anakmu, apa yang sudah ia katakan padaku,” kata Pak Darpo dengan nada tinggi.

Pak Darpo pun pergi meninggalkan bu Sofi. Bu Sofi pun menaruh tampah berisi beras yang sedang dibersihkannya. Ia duduk sambil menangis tersedu-sedu. “Apa yang terjadi denganmu nak. Selama ini kamu adalah anak yang soleh. Tapi kenapa pak Darpo marah-marah kepadamu seperti itu?” kata bu Sofi lirih di ruang dapur yang sangat sederhana itu.

Sepulang sekolah, Edi langsung pulang ke rumahnya. Seperti bisanya sebelum masuk ke rumah, ia mengucapkan salam terlebih dahulu.“Assalamu’alaikum bu,” kata Edi.“Wa’alaikumsalam,” jawab ibunya.“Lho kenapa ibu menangis?” tanya Edi.“Nak, tadi pak Darpo ke sini. Marah marah kepada ibu. Katanya kamu telah berbuat tidak sopan kepadanya,” kata ibu Sofi.

Edi hanya terdiam. Ia tidak merasa salah dan sampai saat itu ia juga tidak tahu mengapa Pak Darpo jadi marah kepadanya.

“Nak, coba ceritakan apa yang kau lakukan kepada pak Darpo,” tanya ibu.“Ya bu. Tadi saya ketemu Pak Darpo. Beliau sedang sakit gigi. Saya bilang, itu berarti gigi Pak Darpo nggak bersih. Kalau gigi Pak Darpo bersih nggak mungkin sakit gigi. Saya bilang begitu bu. Apakah saya salah bu?” tanya Edi.“Ya jelas salah nak. Itu namanya kurangajar sama orang tua. Kamu menghina Pak Darpo,” kata ibu.“Tapi bu, lihat itu tetangga sebelah, Mbah Sobir. Beliau giginya bersih. Beliau nggak punya gigi sama sekali. Mbah Sobir nggak pernah sakit gigi bu. Apa salah saya bilang seperti itu bu pada pak Darpo?” debat Edi pada ibunya.

Ibunya yang semula menangis tiba tiba berubah jadi tertawa terpingkal pingkal.“Ada apa bu, kok tertawa?” tanya Edi“Oh itu tho maksudmu. Mbah Sobir itu bersih giginya karena ompong, sudah tua. Kelak kita juga seperti Mbah Sobir. Hi hi hi hi,” kata Bu Sofi sambil terus tertawa.“Kalau begitu Pak Darpo gagal paham nak. Baiklah. Nanti saya jelaskan pada Pak Darpo. Kamu sangat polos nak. Kamu benar, cuma cara menyampaikannya kurang pas,” kata ibu.“Ya bu. Edi minta maaf bu,” kata Edi

Edi mencium tangan ibunya. Ia menjadi lega dan tak merasa takut lagi.

- O -

Moral value: Dalam memahami pemikiran anak perlu sabar dan jangan mengedepankan suudzon.Sumber gambar: https://4.bp.blogspot.com/-hKUY7mkEroI/VkzvmI2OSeI/AAAAAAAABRo/nxfIhBVg9nQ/s320/gambar%2Bdp%2Bkakek%2Bompong%2Bketawa.jpgPenulis : Muktiyono, S.Pd., MM.Pd., guru SMP Negeri 1 Sukoharjo, Keamatan Sukoharjo, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Bagus dan menarik....

01 Feb
Balas

ha ha ha untuk hiburan ya bu

01 Feb

Pak Darpo gagal paham karena prasangkanya buruk pada pemuda Edi, makanya jngn marah dulu! Nanti menyesal dan maluuuu!

01 Feb
Balas

iya. Edi masih polos. hehehe

01 Feb

Pak Darpo Bilang "Lebih baik sakit hati dari pada sakit gigi" waaahhh klo aku disuruh milih, mending sehat wal afiat. Hehehe Pesan untuk Edi, bercandanya bagus. Tapi akan lebih bagus lagi jika kalimatnya dilanjutkan lagi. Ceritakan tentang Mbah sobir yg giginya bersih. Hahaha

01 Feb
Balas

Ya Bu Tri. Takut kepanjangen. Mbokan bu Tri bosen membacanya. he he he

01 Feb



search

New Post