Mumtihanah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Rona Kisah Klasik (18)

#Part18

Hijrah

Malam ini aku merasakan sakit yang sama. Mama terlihat panik kemudian mengambil ponsel dan menghubungi seseorang. Aku berusaha sekuat mungkin menahan sakit, tapi tubuhku protes tak mampu dan kembali meronta. Kukerahkan semua energi jiwa dan ragaku agar dapat mengendalikan diri untuk tak melakukan hal yang lebih parah lagi.

Beberapa kali Mama mencoba menenangkanku, tapi ternyata ia tak mampu menghentikan tubuhku yang meronta. Akhirnya Mama hanya mampu memandangku sambil mencucurkan air mata.

Beberapa waktu kemudian, kejadian yang sama terulang, aku mendengar suara itu lagi dan sakitnya perlahan hilang ….

“Alhamdulillah.” Suara itu berasal dari sisi kananku. Ternyata Ustaz Dani datang atas permohonan Mama. Selanjutnya ia memberikan padaku dua buah buku kecil, masing-masing berwarna kuning dan hijau.

“Mbak baca setiap pagi dan petang, jangan lupa buku doanya juga dipelajari!” ucapnya tanpa memandangku.

“Tapi aku belum lancar membaca Al-Qur’an, Ustaz!”

“Ada tulisan latin di bawahnya, baca dengan artinya agar lebih paham.”

“Terima kasih Ustaz!”

“Bersyukurlah, semua karena pertolonganNya. Berdoa serta meyakini bahwa satu-satunya tempat berlindung hanya kepada Allah dan tak ada satu makhlukpun yang dapat menandingiNya.”

Ada sesuatu yang menggemuruh di hatiku mendengar kalimat Ustaz Dani, aku merasa malu karena selama ini hanya fokus dengan urusan dunia.

Sebelum pamit Ustaz Dani menyarankan agar aku dan Mama mengikuti kajiannya di sebuah masjid yang tak jauh dari sini. Dia juga berjanji mengirimkan seorang ustazah untuk mengajari kami membaca Al-Qur’an.

Mama mengantar lelaki berbaju koko itu ke luar kamarku sambil menawarkan minuman, tapi sepertinya ia lebih memilih beranjak pulang.

Mama datang menghampiriku sambil memberiku segelas air putih.

“Minum dulu, Nak! Mama minta maaf, sejak Papamu meninggal, Mama terlalu sibuk merawat dan mencari rezeki untukmu, tapi Mama lupa belajar dan mengajarimu ilmu agama.”

“Jangan menyalahkan diri, Ma, kita ambil hikmahnya saja.” Aku memeluk Mama erat, tak sanggup melihat gurat sedih mendalam di wajah Mama.

------------------------------

Hari-hari selanjutnya, aku dan Mama rutin belajar mengaji dan mengikuti kajian Ustaz Dani. Hasilnya, sudah seminggu ini, aku dan Mama memutuskan untuk berhijab. Aku sudah hampir lupa dengan penelitianku. Sampai akhirnya Mama memintaku membatalkan penelitianku di tempat itu.

“Aku pikir-pikir dulu, Ma!”

“Apa lagi yang kamu cari di sana ? bukankah di tempat itu, penyakitmu berasal?”

“Ma, Ustaz Dani mengatakan bahwa kita tak boleh berburuk sangka, selama kita membentengi diri dengan berlindung dan berpasrah kepada Allah, kejahatan dari manapun asalnya, dengan seizin Allah takkan mampu melukai kita.”

Mama tertunduk dan terdiam sejenak. “Mama cuma khawatir dengamu, Nak!”

“Aku paham, Ma. Kalaupun keputusanku nanti menghentikan penelitian di tempat itu, lebih kepada pertimbangan kemudharatannya, bukan alasan lain.”

“Mama sepertinya harus belajar dari kamu, sayang.” Kata Mama sambil merengkuh kepalaku ke dadanya. Aku merasa damai dan tenteram.

“Bagaimana kamu dengan Edi?”

“Kok, larinya ke situ, Ma?”

“Mama tahu apa yang kamu rasakan, Nak.”

Selama hampir sebulan ini, Kak Edi dan Nina memang beberapa kali mengunjungiku. Rupanya Mama membaca sesuatu.

“Aku serahkan sama Allah saja,” ujarku sambil memeluk Mama.

Bel berbunyi, rupanya ada tamu. Mama segera beranjak keluar setelah merapikan pakaiannya sesaat.

Tak selang berapa lama, Mama masuk kembali.

“Windy, ada yang ingin bicara denganmu!”

“Siapa Ma?”

“Kamu keluar saja, tadi Mama sudah menolak, tapi sepertinya ada hal sangat penting yang ingin dia bicarakan.”

Aku bergegas keluar sambil bertanya dalam hati, siapa gerangan orang itu.

(Bersambung)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post