Mumtihanah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Rona Kisah Klasik (6)

Part 6

Perempuan Sebelah

Matahari cukup terik hari ini. Meskipun angin bertiup kencang, tapi tak bisa meredam rasa gerah yang kurasakan sepanjang jalan.

Untunglah perjalanan ke kafe tempatku bertemu dengan Nina tidak begitu jauh, hanya membutuhkan waktu dua puluh menit. Saat sampai, Nina terlihat sudah duduk manis sambil menikmati segelas jus alpukat.

Hawa panas berganti sejuk memasuki ruangan yang telah dilengkapi pendingin. Tempat ini, memang favorit aku dan Nina. Areanya cukup luas dengan interior dominan hijau. Harga menu juga terjangkau dengan pelayanan dan fasilitas yang memuaskan.

“Hai, maaf telat!” Aku menyapa Nina yang memasang muka cemberut.

"Kebiasaan!”Nina memalingkan wajahnya.

“Sahabatku yang cantik, aku tadi menolong Zein, motornya mogok,” ucapku.

"Zein? Laki-laki aneh itu?” Pengunjung perempuan di sebelah terlihat memandang ke arah Nina saat nama Zein disebut.

“Suara dijaga, bicara tidak perlu pakai teriak!”

Aku mengingatkan Nina.

“Ih, ada cewek tomboy yang sok lembut,” giliran Nina meledekku.

“Sudahlah, perutku lapar! Kamu mau makan apa?” Pembicaraan kualihkan sambil memberi kode pelayan untuk datang .

“Mie kuah rasa sayang,” ujar Nina.

“Sama, catat ya, Mbak! Minumnya juga kasih sama saja dengan Nona jutek ini!” Aku tersenyum melihat Nina melotot mendengarkan ucapanku.

Saat menikmati makanan, sudut mataku menangkap, perempuan di sebelah itu sepertinya memperhatikanku. Kupalingkan wajahku untuk melihatnya, tapi giliran perempuan itu yang terlihat memalingkan wajahnya, pura-pura tak melihatku.Berpakaian modis, cantik , umur kira-kira empat puluhan keatas.Aku berusaha tak peduli, kulanjutkan menikmati makananku.

“Windy, sepertinya Kak Edy menyukaimu,” ucap Nina.

“Terus?” Aku berusaha menyembunyikan rona wajahku dengan menunduk sambil memainkan ponsel.

“Aku tahu, kamu menyukainya juga, kan?” Nina berusaha menatap mataku.

“Sok tau, kamu!” kubalas tatapan Nina.

“Windy, kamu memang jagoan, tapi tidak dalam hal menyembunyikan perasaan.”

Aku mengalihkan pandangan, juga pembicaraan. “Sudah jam berapa ini? Ayo kita berangkat! Nanti telat.”

Saat berdiri, perempuan di sebelah itu terlihat memotretku dengan ponselnya. Aku penasaran dan melangkah ke arahnya. “Maaf, Mbak! Apakah Mbak memotretku?” Perempuan itu tampak terkejut dan menyimpan ponselnya.

“Kamu Windy, kan?” Selesai berkata, perempuan itu kemudian bergegas pergi.

“Mbak!” Langkahku berusaha mengejarnya, tapi Nina menghalangiku.

“Sudahlah, Windy! Jangan membuang waktu!”

“Mengapa hari ini, aku bertemu banyak orang aneh?” Tanpa sadar aku mengoceh.

“Karena kamu juga aneh.” Nina mengikuti langkahku setelah membayar tagihan.

“Maksudnya?” Kutatap Nina.

"Perempuan pemberani dan jagoan tapi ternyata takut mengakui perasaannya.” Nina balas menatapku. Kali ini, aku tak merespon dan meneruskan langkah menyusuri parkiran menuju kendaraanku.

Perempuan itu siapa, ya? Bagaimana bisa tahu namaku? Mengapa memotretku? Pertanyaan itu berkeliaran di benakku.

(Bersambung)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post