#TagurKe-8#

PentigrafKe-42

Ketemu Jalan

Oleh: Mumun Muningsih, S.Pd.

Semenjak menikah sepuluh tahun yang lalu, Luri tinggal bersama suami dan kelima anaknya, serumah dengan ibu mertua, dua adek iparnya yang sudah berumah tangga dan sama sama memiliki lima orang anak. Rumah yang mungil dan reot dihuni oleh empat kepala keluarga. Suasana terasa lebih dari hangat.

Bukan tidak mau untuk berpisah dan membuat rumah sendiri bagi Luri dan suami, namun keterbatasan secara ekonomi yang menyebabkan sampai kini masih tinggal berdesak-desakkan di rumah mertuanya. Pekerjaan suami yang tak menentu, maklum hanya sekedar pekerja serabutan dengan penghasilan hanya cukup untuk makan, terkadang tidak terpenuhi. Seringkali mereka menahan rasa lapar andai tak ada pekerjaan yang mampu menghasilkan uang.

Dengan bermodal nekad, Luri mencoba memulai usaha berjualan soto ayam. Modal ia pinjam dengan cara mengambil bahan mentah dari sebuah warung sembako. Beruntung sang pemilik warung berbaik hati memberi pinjaman. Hari demi hari terus dilalui, ternyata soto buatan Luri banyak yang menyukai karena rasanya yang luar biasa enak. Tak butuh waktu lama bagi Luri dan suami untuk berdagang, mulai jam lima pagi jam, jam delapan sudah laris manis dan pulang lagi ke rumah. Pundi-pundi rupiahpun diraupnya. Lima tahun sudah sebagai penjual soto ayam. "Mas kita buka yu celengan kita! untuk biaya membuat rumah", ujar Luri pada suaminya. Celengan yang terbuat dari kaleng bekas cat akhirnya terbuka. Ternyata tak hanya sekedar untuk bisa beli rumah, Luri dan suami juga mampu untuk mendaftar haji ke tanah suci.