Oleh: Munawaroh, S. Pd.

PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) tahun ajaran baru sudah dimulai. Banyak masalah. Umumnya orang tua mengeluh karena tidak punya Handphone. Kalaupun ada, tidak punya kuota. Atau tak ada uang untuk membelinya. Orang tua teriak merasa tidak mampu mengajarkan anak di rumah. Sibuk, tidak sabar dengan ulah anak, dan sebagainya.

Banyak yang belum tahu. Sesungguhnya Mas Mentri Nadiem Makarim sudah membuat kebijakan. Bahwa belajar tidak harus menuntaskan kurikulum. Belajar di rumah lebih kepada ketrampilan hidup. Dibuat sedemikian rupa untuk memudahkan orangtua dan anak belajar bersama. Tanpa beban tanpa paksaan. Semestinya belajar jadi begitu menyenangkan dengan menggunakan semua fasilitas yang ada di rumah. Maka kurikulum dibuat relaksasi. Anak bisa belajar mengikuti aktivitas orangtuanya. Sambil masak seorang Ibu bisa mengajarkan tentang nama-nama sayuran dan manfaatnya. Itu adalah pelajaran IPA. Mengajarkan cara memotong tempe dengan ukuran dadu. Itu adalah Matematika. Bahkan sambil nonton sinetron kita bisa sampaikan nilai-nilai baik atau buruk yang ada. Itu materi PPKn. Banyak lagi caranya.

Pembelajaran seperti apapun tidak akan berhasil jika tidak ada dukungan orang tua. Guru mengajar mati-matian di sekolah kalau orang tua tidak membimbing anak di rumah, hasilnya akan nihil. Nah sekarang, di masa pandemi memang semua jadi serba salah. Jika belajar di sekolah takut mati, belajar di rumah sakit hati. Orang tua merasa dikerjai oleh guru. Guru tidak mau disalahkan karena sudah berusaha. Padahal, PJJ itu bisa Daring (Dalam Jaringan) dengan fasilitas internet, atau Luring (Luar Jaringan) dengan pertemuan sangat terbatas. Bisa juga kombinasi. Semua itu pilihan. Tinggal lihat kondisi dan lakukan komunikasi. Orang tua bisa memberi masukan, guru merancang pembelajaran yang lebih memudahkan. Tinggal ngobrol bagaimana baiknya. Yang penting ada pembelajaran. Jadi tidak garing, alias tidak ada kegiatan. Bisa tambah pusing nantinya. Selamat belajar dari rumah!