Satu minggu lalu jalan setapak di depan rumah masih ramai dengan hiruk pikuk petani dan pedagang tembakau. Mobil pick up masih lalu lalang. Sesekali para pemetik daun tembakau mampir ke rumah sekedar meminta pelepas dahaga. Ada rasa gembira ketika satu per satu sawah di sekitar rumah mulai panen. Bahagia juga bila melihat senyuman mereka.

Sawah di depan rumah sudah seminggu ini tidak ditengok pemiliknya. Daun tembakau juga belum dipetik. Banyak harapan digantungkan pada daun emas itu. Harta dan tenaga dicurahkan. Emas yang digadaikan untuk membeli 'bunga' dan pupuk. Dengan harapan bisa ditebus dengan hasil penjualan daun emas ketika panen nanti. Kadang meminjam uang kepada kerabat atau tetangga, bahkan rentenir, untuk biaya selamq penanaman. Setelah shalat subuh dan ashar memikul air untuk menyiram pohon daun emas itu. Kadang memberi pupuk atau membuang ulat yang ada di daun emas itu. Demi hasil yang akan didapatkan.

Sudah seminggu Tuhan memberikan berkah hujan. Tapi hujan saat ini bukanlah sahabat bagi petani tembakau. Sawah tergenang air. Hilang sudah aroma daun emas itu, bersama angan-angan petani tembakau. Sekarang daun emas itu merunduk layu. Seperti layu harapan petani. Dalam benak mereka, bagaimana emas itu harus ditebus? Bagaimana dengan hutang yang muli ditagih? Semoga Tuhan memberikan jalan terbaik.