Munira Dharma Ningsih

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Matahari Pasti Datang Menggantikan Rembulan (2)

Matahari Pasti Datang Menggantikan Rembulan (2)

Hari yang melelahkan. Rani merebahkan diri di atas kasur untuk melepaskan lelah. Hari ini dia harus masuk kerja dari jam tujuh pagi sampai jam enam petang. Dia harus mengganti sif Lala yang sedang sakit. Segera dia beranjak untuk mandi. Lumayan sedikit menghilangkan rasa lelah hari ini.

Segera dia mengmbil Al-Qur’an dari meja untuk mengaji. Rutinitas yang dia lakukan selepas shalat maghrib. Baru beberapa ayat dia membaca Al-Qur’an, Ima mengetuk pintu kamar.

“Ya, Mbak Ima,” sahut Rani sambil bergegas menghampiri pintu yang memang tidak dia tutup, dibiarkan sedikit terbuka.

“Ada Atila, kamu kenal dia?” tanya Ima. Ima memang sudah mengenal Atila, karena tiap sore selalu lewat di depan rumah mereka. Terkadang Atila ikut gabung ngobrol bersama Ima dan Adi suaminya. Tiap malam para pemuda di lingkungan mereka nongkrong di bale-bale sebelah barat rumah mereka untuk sekedar mengobrol sambil minum kopi. Termasuk Riyan dan Atila.

“Iya, Mbak Ima. Itupun baru kemaren malam,” jawab Rani.

Tiap hari Rani pulang jam enam petang. Dia jarang ikut nimbrung bersama mereka. Rani lebih suka nonton tv atau mendengarkan radio sambil membaca novel sepulang kerja.

“Kamu ada janji dengan Atila? Biasanya dia tidak serapi ini kalau ke sini,” Ima mulai heran. Karena dia tahu selama ini adik bungsunya tidak pernah jalan bersama teman lelakinya.

Rani jadi ingat kalau Atila mengajaknya ke pesta pernikahan. Wah, ternyata Atila tidak basi-basi. Dia benar-benar datang menjemputnya. Segera dia taruh Al-Qur’annya di meja.

“Nanti aku ceritakan, Mbak!” bergegas dia ke beranda menemui Atila.

“Tante, itu yang di teras teman Tante? Kok gak pernah cerita kalau punya teman kayak model sampo, “ bisik Amel sebelum Rani sampai ke beranda. Amel adalah keponakan Rani yang umurnya tidak jauh dengannya. Amel teman ngobrol yang asyik. Rani bisa cerita apa saja kepadanya.

“Jangan genit, ya!” Rani meninggalkan Amel.

Rani melihat Atila yang sedang menunggunya di beranda. Penampilan Atila sangat rapi. Layaknya mau kondangan ke pesta pernikahan. Setelan batik dan celana hitam. Beda dengan kemarin malam, hanya kaus pendek dan celana jeans. Pantesan si Amel terkesima.

“Kamu kok belum siap ?” tanya Atila.

“Aku tidak mengiyakan ajakanmu, kok!” Rani berusaha mengelak.

“Kamu bilang, kita ketemu malam ini. Bagiku itu adalah jawaban ‘iya’ darimu,” kata Atila sambil terseyum. “Aku tunggu kamu untuk siap-siap”, tidak putus asa Atila meyakinkan Rani agar mau menemaninya ke pesta pernikahan.

Rani bingung dengan pemuda di depannya. Tapi entah kenapa ahirnya dia masuk ke dalam rumah untuk ganti baju. Ima dan Amel mengikuti Rina ke kamarnya.

“Mau ke mana?” tanya Ima.

“Ke kondangan manten, Mbak!” jawab Rani sambil mengambil gaun batik dari lemari. “Atila mengajakku ke pesta pernikahan kenalan atasannya. Kemaren malam dia tidak pulang sebelum aku menerima ajakannya,” sambil memakai gaun dan memoleskan sedikit riasan di wajahnya, Rani menjelaskan kepada Ima. Rani tahu pasti Ima heran kok dia mau pergi dengan orang yang baru dikenalnya.

“Kalo Tante tidak mau pergi dengannya, biar aku aja tante yang pergi,” sahut Amel sambil senyum-senyum.

“Ya, sudah. Aku tahu Atila anaknya baik. Tapi kamu harus hati-hati. Dan pamit sama Ibu sana!” kata Ima.

“Baik, Mbak!” jawab Rani. Dia segera pamit kepada Ibunya untuk pergi ke kondangan manten. Ibunya berpesan hati-hati dan jangan pulang terlalu malam.

Rani segera menemui Atila yang menunggunya. Sebenarnya ada sedikit keraguan. Karena dia akan pergi bersama lelaki yang belum dia kenal dengan baik. Tapi dia berusaha menenangkan hatinya semua akan baik-baik saja.

Atila tertegun melihat Rina. Gaun batik dan jilbab yang serasi membuat Rina begitu anggun. Riasan yang sederhana membuat perempuan yang ada di depannya sangat cantik. Segera dia beranjak dari tempat duduknya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren dik. Lanjutkan. Bisa jadi novel nich..

26 Sep
Balas

InsyaAllah mas.

26 Sep

Kuereeeeen......!

28 Sep
Balas

Calon penulis...

25 Sep
Balas

Semangat belajar bu nurita

26 Sep

Lanjutkan....

25 Sep
Balas

Siap ketua

26 Sep

Lanjutkan....

25 Sep
Balas



search

New Post