Murdianah,SP

Guru di SMKN 1 Pringgasela Lombok Timur NTB. Bersama kanker terus belajar, berjuang, menentang dan menang. Hidup menjadi manusia baru...

Selengkapnya
Navigasi Web
Tradisi Belangar dan Begawe

Tradisi Belangar dan Begawe

Tradisi Belangar dan Begawe

Hari ini, dari pagi saya disibukkan dengan acara Begawe di rumah mertua. Salah satu keponakan kemarin sudah di sunat dan hari ini adalah acara roah atau selamatannya. Aneka masakan khas suku Sasak tersaji, seperti Ares, sate pusut, dan lain-lain.

Ada salah satu tradisi di masyarakat suku Sasak di Lombok yang bernilai silaturrahmi dan manfaatnya sangat dirasakan oleh masyarakat. Tradisi ini sampai saat ini masih terjaga dan terawat dengan baik, yaitu tradisi Belangar dan Begawe.

Tradisi belangar ini, biasanya dilakukan dengan cara membawakan bantuan berupa beras, gula, atau lainnya tergantung tradisi di desa setempat. Misal, jika ada yang mengalami musibah seperti kematian (meninggal dunia). Sedangkan Begawe, biasanya ketika ada hajatan atau roah seperti, acara sunatan, nikah, dan lainnya.

Jika Belangar dilakukan ketika ada warga yang mengalami musibah (meninggal dunia) ini dilakukan pada pagi/siang hari jelang jenazah dikuburkan. Sementara Belangar ke warga yang sunatan, nikah, dan molang maliq dilakukan pada malam hari (ba’da Isya) dilaksanakannya acara (Gawe : Sasak) bersangkutan. Laki-laki membawa bantuan berupa dana(uang), sementara perempuan datang pada saat hari (pagi-siang) Begawe dengan membawa sesaji berupa beras dan gula dalam wadah baskom.

Tradisi yang sudah berlangsung lama sejak zaman nenek moyang suku bangsa Sasak, Belangar saat ada orang yang meninggal dunia merupakan suatu keniscayaan untuk dilakukan, siapapun warga masyarkat yang meninggal dunia. Apalagi pada saat ini khusus bagi warga yang mengalami musibah (meninggal dunia) langsung diumumkan melalui masjid yang ada di seluruh dusun sehingga masyarakat segera mengetahuinya.

Namun demikian, bagi warga masyarakat yang mengenal betul (sahabat-karib atau ada kerabat yang bertempat tinggal jauh) warga yang memiliki hajat tersebut, akan datang juga Belangar, dengan pertimbangan mungkin yang punya hajat lupa mengundangnya. Hanya saja, masyarakat kebanyakan berangkat dari naluri sebagai makhluq sosial yang saling peduli, kalau tak diundang merasa tak enak untuk datang Belangar.

Hal penting yang dapat dipetik sebagai masyarakat sosial yang berbudaya dan beragama dari Belangar yaitu : adanya rasa empati terhadap sesama, peduli dan tumbuh-berkembangnya rasa persaudaraan, dan meningkatkatnya ukhuwah islamiyah. Sehingga, tidak ada ruang untuk menolak suatu upaya kearah pelestarian tradisi Belangar ini. Dengan demikian, sesungguhnya Tradisi Belangar dalam kehidupan sosial kemasyakatan Suku Bangsa Sasak memiliki potensi sebagai perekat pemersatu.

Semoga tradisi ini terus terawat dan terwariskan pada generasi selanjutnya. Aamiin

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen ulasannya, Bunda. Salam literasi

01 Aug
Balas

Mantap ulasannya, Bu. Salam sukses selalu.

01 Aug
Balas

Mantap Bunda. Tradisi 6ang patut kita lestarikan. Salam sukses selalu.

01 Aug
Balas



search

New Post