Buku Harianku 2 Disuruh Meniru Hasil Pekerjaan Matematika
Sipenmaru 1987 dilaksanakan pada 23-24 Juni. Sesuai dengan pembagian tempat oleh panitia, tempat tesku di STM 4 Semarang (sekarang SMKN 4 Semarang).
Mata pelajaran yang diujikan di Sipenmaru di antaranya adalah Bahasa Inggris dan Matematika. Masing-masing 50 soal. Ketika waktunya mengerjakan soal, semua peserta terdiam. Khusyuk dan konsentrasi. Tidak ada suara yang keluar. Semuanya bekerja dengan pikirannya.
Sesekali memang terdengar suara berdehem. Mungkin itu sekadar ekspresi kebingungan. Mungkin juga ekspresi perasaan yang lainnya.
Ada cerita yang menarik ketika sedang berlangsung tes Matematika. Menurutku soal yang harus saya kerjakan semuanya sulit. Betapa tidak! Aku seorang lulusan SPG. Pelajaran Matematika yang kuperoleh hanyalah berkisar didaktik dan metodik. Tentang bagaimana mengajarkan matematika pada anak-anak SD. Jadi aku lebih sering belajar 4 x 5 = 5 + 5 + 5 + 5 = 20. Alih-alih mengerjakan 4x5 = 20. Begitulah matematika yang kupelajari di SPG. Sungguh sederhana dan tidak ada yang rumit.
Memang ketika di SPG aku juga mendapatkan materi Peluang, Permutasi, Matriks, dan Persamaan/Pertidaksamaan. Tetapi ya hanya itu. Aku tidak pernah mendapatkan materi seperti Kalkulus, Integral, Logaritma, dll. Bisa dibayangkan ketika soal-soal Sipenmaru yang keluar adalah materi matematika yang tidak pernah aku pelajari sebelumnya. Tentu saja aku tidak bisa mengerjakan sama sekali. Membayangkan pun tidak mampu, apalagi menyelesaikan soalnya.
Bagi anak lulusan SMA, soal-soal seperti kalkulus merupakan santapan sehari-hari. Mungkin saja mereka bisa mengerjakan dengan mudah. Bukankah mereka sudah mempelajarinya selama di SMA? Namun kemampuan setiap orang sudah pasti berbeda-beda. Walaupun lulusan dari SMA dan mendapatkan semua materi matematika, kalau anaknya tidak rajin ya tidak bisa mengerjakan soal dengan baik. Kalau hanya sekadar mengerjakan sampai selesai semua soal mungkin bisa, akan tetapi bagaimana dengan kebenarannya?
Seperti yang kualami pada waktu Sipenmaru itu. Tepat di belakangku adalah temanku SMP. Kami sudah saling akrab. Lulus SMP, aku melanjutkan ke SPG dan dia ke SMA. Tiga tahun tidak bertemu. Bertemu sekali sama-sama mengikuti tes Sipenmaru. Kebetulan dia memilih Bahasa Inggris IKIP Semarang sebagai pilihan pertamanya. Jadi, dia merupakan kompetitorku. Sainganku.
Karena soal matematika yang keluar di Sipenmaru sering dihadapinya, temanku mampu mengerjakan dengan lancar. Ketika waktu yang tersedia masih mencukupi, dia sudah selesai dengan pekerjaannya. Lengkap semua. Tak ada yang terlewat. Mungkin dia anak pandai. Buktinya dia mampu mengerjakan semua soal matematika sebelum tanda selesai dibunyikan.
Dengan kode tertentu (rahasia ya), dia memberi tahu padaku. Dia letakkan hasil pekerjaannya di atas meja dengan posisi terbuka. Dekat sekali dengan pundak kiriku. Sekilas aku bisa melihat lembar jawabannya. Dengan kode khusus dia memberi tahuku untuk mencontek pekerjaannya. Ah, betapa mulia hatinya (???).
Seandainya aku mau, aku bisa langsung meniru hasil pekerjaan temanku. Tidak perlu repot berpikir. Akan tetapi hal itu tidak kulakukan. Ada dua pertimbangan yang kuyakini dalam hati. Pertama, aku yakin dengan kemampuanku sendiri. Yang kedua, aku tak yakin dengan kemampuannya.
Aku memang tidak bisa mengerjakan soal secara keseluruhan. Dari 50 soal aku hanya mampu menjawab sebanyak 13 soal. Yang yakin benar ada 10 dan yang tiga soal lagi ragu-ragu. Menurutku itu sudah lebih dari cukup. Penilaian dengan menggunakan sistem benar dikurangi salah menjadikan aku mantap dengan pekerjaanku.
Tawaran dari temanku dengan senang hati kuabaikan. Kubiarkan saja. Sama sekali aku tidak tertarik untuk meniru hasil pekerjaannya. Belum tentu juga hasil pekerjaannya benar. Walaupun dia lulusan SMA tapi penguasaan matematika belum tentu bisa diandalkan. Lebih baik aku percaya pada diri sendiri. Bagiku aku lebih mantap dengan kemampuanku daripada mengandalkan hasil pekerjaan orang lain.
Ketika hasil Sipenmaru diumumkan, alhamdulillah aku bisa diterima. Sebaliknya temanku gagal. Aku menjadi calon mahasiswa Bahasa Inggris S1, sedangkan temanku tak tahu lagi ke mana.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen memoarnya, Pak. Salam literasi
Pelajaran yang sangat berharga. Salam Literasi Pak Leck Murman.