Agar bisa menulis, kita harus punya alasan yang tepat. Setiap orang berhak punya alasan yang berbeda. Memang sudah sewajarnya seperti itu. Sebuah alasan tidak bisa dipaksakan sama antara satu orang dengan yang lain.

Kita boleh memilih alasan untuk mendapatkan royalti. Itu sah-sah saja. Dengan menulis, kita berharap bisa mendapatkan penghasilan dari buku yang kita tulis. Alasan ini sering menjadi latar belakang para penulis buku teks. Banyak penulis buku teks yang mendapatkan royalti yang bisa diandalkan untuk meningkatkan kesejahteraan. Namun, penulis buku fiksi juga berhak punya alasan yang sama. Banyak penulis novel atau cerpen yang berhasil mendapatkan royalti memadai dari karya yang dihasilkannya.

Selain untuk royalti, alasan menulis bisa juga karena ingin menyuarakan ide, gagasan, atau kebenaran. Alasan ini mudah dijumpai pada penulis era perjuangan. Mereka menulis dengan tujuan untuk melakukan propaganda, agitasi, atau mengobarkan semangat. Mereka juga ingin menyampaikan informasi yang benar kepada khalayak. Melalui tulisannya, mereka berharap banyak pembaca yang memahami kondisi yang sebenarnya terjadi.

Selain alasan yang disebutkan di atas, masih ada banyak lagi alasan orang menulis. Masing-masing sesuai dengan latar belakang dan harapan yang ingin dicapai.

Apabila ditanya, banyak guru yang mengatakan alasan menulis adalah untuk berbagi. Ini menjadi alasan yang sangat bagus. Bagaimanapun guru memiliki banyak ilmu dan pengetahuan. Setiap guru juga memiliki pengalaman masing-masing di sekolahnya. Jadi, sangat bagus bila guru menjadikan berbagi sebagai alasan menulisnya.

Bagi penulis pemula, lain lagi alasan yang mendasari ketika menulis. Mereka lebih banyak mengatakan menulis untuk belajar. Sepertinya alasan ini tidak hanya milik penulis pemula saja. Banyak juga penulis senior yang menjadikan belajar sebagai alasannya. Melalui menulis, mereka mendapatkan ilmu dan pengetahuan baru baik secara langsung maupun tidak langsung.

Yang tak kalah menarik adalah alasan menulis karena ingin curah perhatian (curhat). Sangat logis memang jika penulis beralasan seperti itu. Selain pada orang tua, teman, atau sahabat, curhat bisa juga dilakukan dengan menulis. Bahkan dalam banyak hal, curhat ini lebih efektif. Penulis bebas mengungkapkan apa saja tanpa takut pendengarnya bosan. Selain itu, curhat melalui tulisan juga bisa berfungsi sebagai healing (pengobatan). Fungsinya antara lain bisa menghindari cepat pikun, pikiran menjadi lebih jernih, dan bahagia

Beberapa alasan lain yang digunakan oleh penulis di antaranya adalah untuk menyalurkan hobi, aktualisasi diri, dan untuk meraih prestasi. Dengan menulis, bakat bisa tersalurkan. Syukur, prestasi bisa dicapai.

Bagi pegawai, menulis untuk kenaikan pangkat juga banyak dijadikan sebagai alasan. Dengan menulis, mereka berharap bisa naik pangkatnya. Alhasil, bisa meningkat pula kesejahteraannya.

Yang terakhir, menulis sebagai legacy. Artinya, penulis memberikan warisan terbaik untuk lingkungannya, terutama keluarganya. Bila penulis sudah meninggal maka karyanya akan abadi sepanjang masa. Luar biasa, bukan?

Lalu, apa alasan Anda ketika Anda memutuskan untuk menulis?