103/365

13,04,2022

#kolom

#renungandiri

#kisahsimbokdanthole

BUKU BERCERITA

"Le."

Thole menoleh. Netranya tajam menatap simboknya, yang masih eksis berkegiatan. Tak pernah merasa lelah dan selalu happy.

"Ada apa to mbok?"

"Enggak. Cuma mau nanya dikit saja."

"Bukan masalah demo kan mbok?"

Simbok menggeleng pelan. Hanya senyumnya terlihat masih ada kesan manis. Lesung pipinya tergurat jelas.

"Simbok itu mengamati beberapa penulis di Facebook. Tiba-tiba mata simbok terbelalak melihat satu baris tulisan, "Edo Himalaya."

"Emang ada masalah?"

"Iya, sedikit," ujar simbok sambil mengangguk.

Dengan simbok memaparkan beberapa buku, yang sempat dibaca. Hatinya terganjal.

"Apakah kalau nulis bersama itu, harus ditulis dengan nama satu orang saja?"

"Enggak juga."

Berarti bisa bebas ditulis salah satu nama saja. Semua adalah kesepakatan. Simbok bercerita panjang lebar, yang intinya kenapa selalu ditulis nama itu-itu saja. Atau hanya satu nama.

"Jika hanya satu nama saja dan itu berkelanjutan, bagaimana yang lain bisa berkembang?"

"Maksud simbok Edo Himalaya? Dia emang redaktur di sana?"

"Iya. Kira-kira boleh nggak ya diganti, salah satu dari nama yang ikut menulis dalam buku itu?"

Agar memberi kesempatan kepada penulis buku untuk mendapatkan kepercayaan, tutur simbok.

Setidaknya para penulis menjadi lebih bangga, namanya tertera di halaman depan buku. Maksud simbok, nulisnya bergantian gitu lho? Misal, Edo Himalaya, dkk. Terus buku terbitan berikutnya Gita Bunga, dkk. Demikian seterusnya secara bergantian. Agar bisa merata. Semua punya kesempatan yang sama. Pantas nggak ya, Le?

"Pantas-pantas saja. Tinggal tergantung pemrakarsanya."

Jika dirasa itu akan mampu membangun kredibilitas penulis, boleh-boleh saja. Thole tiba-tiba berpikir sejenak. Mungkin simbok selalu membaca di Facebook. Namanya hanya itu-itu saja, dari waktu ke waktu.

Ah, benar juga apa kata simbok. Untuk meningkatkan kredibilitas seorang penulis, nama utama yang ditulis di halaman depan adalah sangat berpengaruh sekali. Ya. Simbok cermat sekali. Kenapa tidak dibuat begitu, sehingga tidak membosankan.

"Eh, apa itu mungkin?"

"Mungkin mbok. Sangat mungkin."

"Sssttt..jangan bilang siapa-siapa dulu. Takutnya mereka nggak berkenan."

"Iya, ya mbok. Masa nanti jika sampai ratusan buku, pakai namanya terus. Kan nggak asyik."

Thole lalu membaca buku keluaran baru, yang setiap saat dicetak bersama puluhan penulis nusantara. Wah, pasti akan lebih "keren" jika bisa ditulis nama penulis, secara bergantian.

"Wah, ide yang bagus mbok!"

"Ya, siapa tahu bisa jadi bahan pertimbangan? Kan para penulis makin semangat. Dan peserta pasti bertambah, tidak itu-itu saja."

Duh! Simbok-simbok. Memang simbok itu luar biasa. Jeli, teliti, dan  hati-hati. Ya, takut berkata salah. Cuma masalahnya sang penggagas bersedia nggak ya? Dan ini dilematis.

Ah! Biar bagaimanapun harus diusulkan. Karena itu ide bagus. Salah satu untuk mendorong para penulis lebih semangat. Apalagi nama tertenteng di depan. Woi! Abrakadabra! Semua pasti bisa.

Yang lebih tajam, akhirnya buku itu akan bercerita kepada generasi berikutnya. Percayalah! Karena itu sebuah keniscayaan.

*******

Yuk, ikut membaca surat Al Baqarah di bawah ini:

112. Balaa man aslama wajhahuu lillaahi wa huwa muhsinun fa lahuu ajruhuu 'inda rabbihii wa laa khaufun 'alaihim wa laa hum yahzanuun.

Sebenarnya lah, barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia berbuat kebaikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya, dan tidak ada ketakutan atas mereka dan tidak (pula) mereka berduka cita.

Aku doakan yang ikut membaca surat Al Baqarah ini, diberkahi Allah Subhanahu Wa Ta'ala dengan kesehatan, kebahagiaan, panjang umur, dan diluaskan rezekinya tanpa pernah putus. Aamiin ya robbal'alamin 🤲

Salam cinta 💖

Kota Suci,

13,04,2022

#psmakreatif #kampunganakmerdeka #galangsakanegara #gitabunganegara #mariamagdalenabhoernomo

#manggarmaulanamahabanat