Ujian akhir sekolah sudah diambang pintu. Pak Amir sebagai guru kelas Rara hari ini bertanya kemana para siswanya akan melanjutkan sekolah setelah tamat kelas 6 SD. "Ilham,,,! Kamu rencananya mau melanjutkan sekolah kemana ?" Tanya pak Amir mengejutkan Ilham. " Ke SMP Pak !". Ilham menjawab dengan mantap. Pak Amir memuji Ilham. "Bagus, semoga diterima di sekolah yang diinginkan !". Pak Amir mengacungkan jempolnya kepada Ilham. Setelah beberapa orang siswa yang ditanya oleh Pak Amir. Kini tibalah giliran Rara yang ditanya Pak Amir.

Rara dari tadi hanya menundukkan kepala. Rara tidak tahu harus jawab apa nanti jika Pak Amir bertanya kepadanya. " Rara,,,rencananya kemana lagi setelah tamat kelas enam ?" Dengan lembut Pak Amir bertanya kepada Rara yang masih tertunduk. Rara menggelengkan kepalanya. Pak Amir heran melihat sikap Rara. " Ada apa denganmu Rara ?" Pak Amir kembali bertanya. "Saya tidak sekolah lagi Pak !". Jawab Rara dengan suara yang hampir tidak terdengar. Pak Amir mendekati Rara. " Kamu juara di kelas, Kamu anak yang pintar, mengapa kamu tidak mau lagi sekolah ?". Tanya Pak Amir dengan wajah heran.

Rara teringat dengan apa yang sudah disampaikan orang tuanya bahwa setelah tamat kelas enam, Rara tidak lagi melanjutkan sekolah. Rara akan pergi merantau. Begitulah kata orang tua Rara pada suatu hari. "Kamu harus sekolah Rara !" Suara Pak Amir membuyarkan pikiran Rara. Rara hanya bisa menganggukkan kepalanya. Ujian akhir sekolah usailah sudah. Orang tua Rara tetap pada pendiriannya. Sebelum penerimaan ijazah Rara sudah diantar ke rantau orang. Rara harus melepas seragam sekolah SMP yang diidamkannya. Rara memang bukan anak orang berada. Rara bersekolah bukan menurut kemauannya tapi menurut saku orang tuanya.

( Belajar menulis )