Karya. MNGBC

Di sebuah kota yang sibuk, hiduplah seorang pria bernama Arif. Ia memiliki segalanya pekerjaan yang mapan, rumah besar, dan kendaraan mewah. Namun, di balik semua itu, hatinya selalu gelisah. Tidurnya sering terganggu, pikirannya penuh beban, dan ia merasa ada sesuatu yang hilang dalam hidupnya.

Suatu hari, dalam kelelahan pikirannya, Arif memutuskan untuk pergi ke desa kecil di kaki gunung. Ia ingin mencari ketenangan, sesuatu yang tak bisa dibelinya dengan harta. Di desa itu, ia bertemu dengan seorang lelaki tua bernama Pak Hasan, seorang petani yang hidup sederhana namun selalu terlihat bahagia.

Dengan penuh penasaran, Arif bertanya, "Pak Hasan, bagaimana Anda bisa hidup dengan begitu tenang dan damai? Sementara saya, meskipun punya segalanya, selalu merasa gelisah?"

Pak Hasan tersenyum dan berkata, "Ketenangan tidak datang dari apa yang kita miliki, Nak. Tapi dari bagaimana kita menerima hidup."

Lalu, ia mengajak Arif berjalan ke ladangnya. Di sana, mereka duduk di bawah pohon rindang sambil menikmati semilir angin. Pak Hasan berkata, "Lihatlah alam ini. Pohon tidak terburu-buru tumbuh, sungai mengalir tanpa resah, dan burung berkicau tanpa mengeluh. Mereka menerima hidup sebagaimana adanya."

Arif termenung. Selama ini, ia selalu mengejar lebih banyak harta, lebih banyak kesuksesan, tanpa pernah benar-benar menikmati hidup. Ia lupa bersyukur, lupa menikmati waktu, dan lupa bahwa kebahagiaan sejati tidak terletak pada materi, tetapi pada kedamaian hati.

Sejak saat itu, Arif belajar untuk lebih sederhana, lebih banyak bersyukur, dan lebih menikmati momen-momen kecil dalam hidupnya. Ia akhirnya menemukan ketenangan yang selama ini ia cari bukan di kota besar, bukan dalam harta, tetapi dalam dirinya sendiri.

Demikian yang bisa di ceritakan, semoga bermanfaat

Salam ketenangan hidup. #MNGB