SEBUAH CERPEN RELIGI 'KEMBALINYA ANAK YANG HILANG' (T1491)
Sebuah Cerpen Religi (4)
Karya Mursalim Nawawi
Dalam gelapnya malam, Arif berjalan tanpa tujuan di lorong-lorong kota. Hujan rintik membasahi jaket kulitnya yang lusuh, namun ia tak peduli. Hatinya lebih basah oleh penyesalan yang tak kunjung surut. Di usia 28 tahun, hidupnya telah terjerumus ke dalam berbagai lembah kelam: narkoba, pencurian, dan perjudian.
Namun malam itu, sesuatu berubah. Ia terhenti di depan sebuah masjid kecil yang memancarkan cahaya lembut. Suara ayat-ayat Al-Qur'an menggema dari dalam, menarik hatinya seperti magnet. Ia berdiri terpaku, mengenang masa kecilnya yang dulu sering dihabiskan di masjid bersama ayahnya. Kenangan itu menghantamnya seperti gelombang besar, menyapu bersih kesombongan yang selama ini menjadi tamengnya.
---
“Arif, Nak. Hidup ini terlalu singkat untuk kau habiskan di jalan yang salah,” suara ayahnya terngiang dalam benaknya. Ayahnya telah tiada, namun nasihat-nasihat itu kini hidup kembali, seakan memanggilnya pulang.
Dengan langkah ragu, Arif memasuki masjid. Wajah-wajah ramah menyambutnya, tanpa ada tanda-tanda penghakiman. Seorang pria paruh baya mendekatinya dan berkata lembut, “Silakan bergabung, Nak. Pintu Allah selalu terbuka.”
Malam itu, untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun, Arif bersujud. Air matanya mengalir deras, membasahi sajadah. Ia merasa seperti seorang anak yang akhirnya menemukan jalan pulang setelah bertahun-tahun tersesat. Dalam doanya, ia memohon ampunan dengan hati yang hancur.
---
Hari-hari berikutnya, Arif mulai membangun kembali hidupnya. Ia meninggalkan lingkaran teman-teman yang selama ini menjerumuskannya. Ia mencari pekerjaan halal, meskipun hanya sebagai buruh di pasar. Setiap malam, ia kembali ke masjid, menenangkan hatinya dalam ibadah.
Perubahan Arif tidak mudah. Banyak yang meragukan ketulusannya. Namun ia tak gentar. Ia tahu bahwa penyesalan sejati bukan untuk membuktikan apa-apa kepada orang lain, melainkan untuk mengembalikan kehormatan diri di hadapan Allah.
---
Suatu hari, seorang pemuda yang pernah menjadi temannya dalam dunia kelam datang menemuinya. “Rif, kamu berubah banget. Apa nggak kangen sama kehidupan kita dulu?” tanyanya dengan nada menggoda.
Arif tersenyum. “Kamu tahu, hidup yang dulu itu hanya ilusi. Aku pikir aku bebas, tapi sebenarnya aku terpenjara. Kini, aku merasakan kebebasan yang sesungguhnya. Kebebasan untuk menjadi manusia yang lebih baik.”
Kata-kata itu menggetarkan hati temannya. Perlahan, ia mulai tertarik mengikuti jejak Arif. Mereka pun sering berdiskusi di masjid, membahas arti hidup dan tujuan akhir manusia.
---
Tahun-tahun berlalu, dan Arif kini dikenal sebagai sosok yang menginspirasi di lingkungannya. Ia aktif mengajar anak-anak mengaji dan membantu para pemuda yang ingin berubah. Setiap kali ia berbicara tentang masa lalunya, ia selalu menutup dengan kalimat, “Kembalinya seorang anak yang hilang adalah bukti bahwa kasih sayang Allah tak pernah meninggalkan kita.”
Dan malam itu, di bawah langit berbintang, Arif berdiri di depan masjid yang sama, tersenyum menatap bulan. Ia tahu, jalan yang ia tempuh masih panjang, namun ia telah menemukan arah. Arah yang membawanya pulang ke jalan Allah.
Demikian yang bisa di ceritakan, semoga bermanfaat
Salam perubahan #MN_GBC
#cerpen #nakal #preman #insaf #hidayah
#islam #sorotan #semuaorang
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar