SEBUAH CERPEN ROMANTIS 'HUJAN DAN RINDU YANG TAK PERNAH REDA'(T1445)
Karya MN-GBC
Malam itu, hujan turun deras. Rintiknya memecah keheningan, seolah membasuh kenangan yang tak pernah benar-benar pergi. Aisha duduk di tepi jendela, memeluk lututnya. Di genggaman tangannya, ada sebuah foto lama dia dan Farel, mantan kekasihnya, tersenyum bahagia di sebuah taman penuh bunga.
“Hujan lagi…” gumam Aisha pelan, sambil menyeka tetes air mata yang tak sengaja jatuh. Hujan selalu mengingatkannya pada Farel. Bukan hanya karena mereka sering berteduh bersama, tapi juga karena hujan pertama kali mempertemukan mereka.
Dulu, Farel datang seperti pahlawan. Saat Aisha terjebak hujan deras tanpa payung, lelaki itu muncul, menawarkan tumpangan di bawah payung birunya. Payung kecil itu tak cukup melindungi mereka, tapi tawa dan obrolan hangat membuat Aisha lupa bahwa ia basah kuyup.
“Kalau hujan begini, kau ingat aku nggak?” pertanyaan itu terngiang di kepalanya. Dulu, Farel sering bertanya seperti itu saat mereka masih bersama. Dan jawabannya selalu sama. “Aku pasti ingat.”
Namun sekarang, Farel sudah pergi. Bukan karena Aisha tak mencintainya, tapi karena keadaan memisahkan mereka. Ambisi, jarak, dan kesalahpahaman kecil yang menjadi besar adalah musuh yang tak mampu mereka kalahkan.
Malam itu, Aisha memberanikan diri membuka ponselnya. Namanya masih tersimpan di kontak: **Farel**. Jemarinya gemetar saat mengetik pesan.
"Hai, kamu apa kabar?"
Dia ragu-ragu. Pesan itu terasa terlalu sederhana untuk menyampaikan rindu yang selama ini ia simpan. Tapi ia akhirnya menekan tombol kirim.
Tak lama, ponselnya bergetar. Balasan datang.
"Hai, aku baik. Kamu?"
Balasan sederhana itu cukup membuat dada Aisha terasa sesak. Dia membayangkan Farel membaca pesannya dengan wajah tenang, mungkin tanpa rasa yang sama. Tapi ia tetap membalas.
"Aku kangen."
Kali ini, tak ada balasan cepat. Aisha menatap layar, menunggu dengan jantung yang berdegup kencang. Beberapa menit terasa seperti selamanya, hingga akhirnya ponselnya kembali bergetar.
"Aku juga kangen. Banyak sekali. Kita bisa bicara?"
Aisha terdiam. Hatinya berdebar tak karuan. Tanpa berpikir panjang, dia mengetik lagi.
"Ya, aku ingin bicara. Kapan?"
Ponselnya berdering. Farel menelepon. Dengan tangan gemetar, Aisha menjawab panggilan itu. Suara Farel di seberang terdengar begitu familiar, seperti melodi yang pernah menenangkan hatinya.
“Aku di dekat rumahmu. Bisa ketemu sekarang?” tanya Farel.
Tanpa ragu, Aisha menyambar jaket dan berlari keluar. Di bawah lampu jalan yang temaram, dia melihat Farel berdiri, membawa payung biru yang sama seperti dulu.
“Hujan ini selalu membuatku ingat kamu,” ucap Farel ketika Aisha mendekat.
Aisha tersenyum, matanya berkaca-kaca. “Aku juga. Selalu.”
Hujan terus turun, tapi mereka tak peduli. Di bawah payung biru itu, mereka kembali menemukan apa yang hilang, cinta yang tak pernah benar-benar pergi.
-Tamat-
Makassar, 22-11-2024
Semoga cerpennya bermanfaat
Salam MNGBC
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar