SEBUAH CERPEN ROMANTIS 'JANJI SUCI'(T1446)
Senja mulai turun di desa kecil itu, mewarnai langit dengan semburat oranye keemasan. Di bawah pohon beringin tua yang menjadi saksi bisu kehidupan penduduk, Dinda dan Arga berdiri saling berhadapan. Mata mereka bertemu, penuh dengan harapan dan kesungguhan.
“Dinda,” suara Arga terdengar pelan, tetapi penuh ketegasan. “Aku ingin kita membuat janji. Janji yang tak akan kita khianati, meskipun badai menghadang.”
Dinda mengangguk pelan. "Janji apa, Arga?" tanyanya, meski hatinya telah tahu jawabannya.
“Janji untuk menjaga cinta ini, apa pun yang terjadi. Aku akan selalu mendukungmu, berjalan bersamamu dalam setiap langkah kehidupan, baik saat kita kuat maupun saat kita rapuh.”
Dinda tersenyum. Angin sore mengibaskan kerudung lembutnya. “Aku pun berjanji, Arga. Akan setia di sisimu, menjaga harapan dan impian yang kita bangun bersama. Janji ini adalah janji suci kita, tak akan goyah meskipun waktu menguji.”
Mereka saling menggenggam tangan. Dinda merasakan hangatnya jari-jari Arga, seolah mentransfer kekuatan dan keyakinan. Di kejauhan, lonceng kecil di masjid desa berdentang, mengiringi doa yang mereka bisikkan dalam hati.
Namun, hidup bukanlah dongeng yang selalu berjalan mulus. Lima tahun berlalu sejak hari itu. Arga kini bekerja di kota, meniti karier untuk masa depan mereka. Sementara Dinda tetap di desa, merawat orang tuanya yang sudah renta. Jarak dan waktu mulai menjadi ujian bagi janji mereka.
Suatu hari, Dinda menerima sepucuk surat dari Arga. Surat itu singkat, tapi berat.
Dinda, maafkan aku. Mungkin aku tak lagi mampu menepati janji itu. Kehidupan di kota ini terlalu keras, dan aku merasa semakin jauh darimu. Aku hanya ingin kau tahu bahwa aku mencintaimu, tapi mungkin aku tak cukup kuat untuk menjaga janji suci kita.
Air mata Dinda mengalir. Namun, ia tahu cinta sejati bukan hanya tentang janji, melainkan tentang perjuangan untuk menepatinya. Ia mengambil pena, menulis balasan untuk Arga.
Arga, janji suci bukan tentang tak pernah salah atau lemah. Janji itu ada untuk mengingatkan kita bahwa cinta butuh kesetiaan dan usaha. Aku percaya padamu, pada cinta yang pernah kita bangun. Jangan menyerah pada diri sendiri. Aku di sini, menunggumu pulang.
Waktu terus berlalu. Dua bulan kemudian, saat matahari terbenam, Arga kembali ke desa. Wajahnya tampak lelah, tapi matanya menyiratkan tekad baru. Di bawah pohon beringin tua, Dinda menunggunya, seperti lima tahun lalu.
“Dinda, maafkan aku,” kata Arga, suaranya bergetar. “Aku hampir mengingkari janji kita, tapi cintamu menguatkanku.”
Dinda tersenyum, menyeka air mata yang membasahi pipinya. “Janji suci bukan tentang tak pernah gagal, Arga. Tapi tentang bagaimana kita bangkit dan tetap menjaga janji itu, meski dunia mencoba mematahkannya.”
Mereka berpelukan di bawah langit yang kini dihiasi bintang. Pohon beringin itu kembali menjadi saksi, bahwa janji suci mereka tetap kokoh, tak tergoyahkan oleh badai kehidupan.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar