Setiap hal didunia ini selalu ada awalnya dan tentu pula akhirnya. Demikian pula dengan status kedinasan kita, bagi pemula ada awal karir, bagi senior tentu ada pula batas akhir perjalanan. Bermula dengan pertemuan seorang guru pensiunan yang telah selesai batas tugasnya, namun dimasa purnabaktinya beliau masih ingin mendorong memajukan pendidikan melalui rumahnya. Kebetulan rumah beliau ini punya perpustakaan yang cukup lengkap untuk ukuran guru senior yang sangat suka membaca berbagai ragam teks seperti buku bacaan, surat kabar lama, majalah tua, sampai ensiklopedi semuanya ada. Kecakapannya dalam bidang ilmu kebahasaan dan budaya adalah daya magnet tersendiri bagi saya. Ketertarikan saya pada sosok yang berpengalaman dalam dunia literasi membuat pertemuan dengannya menjadi sangat berarti.

Perbincangan hangat saat bersama beliau memberikan banyak manfaat. Ada beberapa petuah yang terangkum dan menjadi nasehat bagi yang masih meniti karir di dunia keguruan. Diantaranya,

1.Pengajaran tidak membutuhkan sekedar materi, namun memerlukan teladan. Actions speak louder than words (proverb). Peribahasa itu lebih sering dikenal dengan ‘Tindakan berbicara lebih keras daripada kata-kata’. Seperti semboyan Ki Hajar Dewantara, ing ngarsa sung tuladha, saat berada di depan berikanlah contoh yang baik (sumber: wikipedia). Keteladanan dapat menggugah banyak orang hingga kebaikannya selalu dikenang.

2.Belajar sepanjang hayat, teruslah membangun diri. Manusia yang beradab dan memiliki peradaban akan terus belajar sepanjang hidupnya. Jangan pernah merasa sudah jadi ahli, sebab diatas langit masih ada langit, kata pepatah yang maksudnya tidak ada manusia yang benar-benar hebat, sebab ilmu Alloh dimuka bumi itu terbagi-bagi dan bertebaran.

3.Harus ada estafet dari generasi lama ke generasi baru. “Perubahan kurikulum terus menerus terjadi semenjak dulu, kreatifitas gurulah yang diperlukan, sabisa-bisa kudu bisa ngulikna (Sunda)”, Beliau menyampaikan. Diperlukannya sharing dengan generasi terdahulu bisa menjadi acuan terhadap bagaimana pembelajaran yang efektif dari pengalaman guru pensiunan yang berpengalaman mengajar puluhan generasi.

4.Jangan pantang menyerah, terutama dalam berkarir. Meskipun saat ini kesejahteraan kita masih terbatas, untuk menjadi pegawai tidak semudah dulu, teruslah konsisten dengan upaya kita menghasilkan karya. Kami yang sudah purnabakti tugas dinasnya sudah selesai, tapi bukan berarti berhenti bekerja sama dengan berhenti berkarya. Apalagi anak muda yang masih fresh, jangan masih muda usianya tapi sudah purnakarya dalam berkarir.

5.Setiap masalah pasti ada solusinya, setiap kendala jadikan sebagai tantangan. Dengan puluhan tahun pengalaman mengajar, sudah pasti ada banyak puluhan bahkan ratusan kisah berharga yang tidak terungkap. Maka sabagai bagian dari generasi lama, sebetulnya mereka sangat senang untuk berbagi. Dari berbagai kisah menarik yang saya dengarkan, sekali lagi saya dikuatkan sebuah nasehat supaya keep struggle dengan masalah apapun yang kita hadapi. Karena setiap masalah sesulit apapun, semuanya akan pensiun pada waktunya.

Sumber foto:http://www.pressherald.com/2013/03/02/double-dipping-irksome-but-pension-system-problematic_2013-03-03/