Menunggui Rumah Tua
Hari menulis ke-301
#TantanganGurusiana
...
SK penempatan Witri keluar. Itu berita yang dia terima dari Syufni temannya sesama guru honorer. Tak terbayangkan bahagia Witri ketika itu. Perempuan beranak dua yang sudah 11 tahun menjalani honor itu tersungkur bersujud syukur kepada Allah karena anugrah yang maha dahsyat yang baru saja dia terima. Tak henti-hentinya dia berucap tahmid sambil berlinangan air mata. Air mata bahagia tentunya.
Selesai menjalankan tugas hari itu Witri bergegas pulang. Dia tidak sabar untuk memberitahukan kegembiraannya itu kepada suami dan orang tuanya. Sampai di rumah Witri berlari ke dalam rumah menjumpai keluarganya. Luapan kegembiraannya membuat seisi rumah terheran-heran, lantaran Witri melompat-lompat seperti anak kecil dapat ice cream.
Kegembiraan Witri meredup begitu mengetahui dimana dia ditempatkan. Lokasinya lumayan jauh dari tempat dia tinggal sekarang. Mau tidak mau Witri harus mengontrak rumah bersama suami dan anak-anaknya agar tugas baktinya pada negara berjalan sebagaimana mestinya.
Ketika Witri tengah mencari-cari rumah kontrakan, seorang lelaki paruh baya menghampirinya. Lelaki bernama Kani itu menawarkan rumah milik familinya yang memang mau dikontrakkan. Witri lalu mengikuti pak Kani ke rumah yang dia maksud.
Rumah itu tergolong besar dan mewah untuk ukuran keluarga Witri. Kamar tidurnya saja ada 6 kamar. Tiap kamar dilengkapi kamar mandi dan toilet. Namun yang bisa ditempati untuk pengontrak hanya 4 kamar. Sementara 2 kamar lainnya terkunci rapat. Menurut pak Kani kamar itu adalah kamar pemilik rumah yang merantau ke Malaysia. Sekali-sekali mereka pulang untuk melepas rindu pada kampung halamannya, dan tentu menginap di rumah itu.
Ruang tamu hingga dapur juga sangat luas. Beberapa properti rumah tangga masih terpasang rapi. Begitu pula dengan piranti makan terlihat tersusun rapi dalam lemari di ruang makan. Ruang tengah juga tak kalah bersih dengan ornamen ala Eropa menghiasi dinding bagian atas yang menyatu dengan plafon, serta dipercantik dengan lampu-lampu yang tersembul di langit-langit ruangan itu. Dan di ruang tamu satu set kursi tamu jadul juga tertata rapi lengkap dengan dekorasi khas ruang tamu zaman Belanda. Semua ruangan hingga dinding luar dicat dengan warna putih, kecuali ruang tamu yang salah satu sisi dindingnya terhampar lukisan alam bernuansa pedalaman Eropa. Posisinya di pinggir jalan utama. Tetapi tidak terasa bising karena di halamannya ditumbuhi beberapa pokok mangga yang sudah berusia tua.
Witri jatuh hati pada rumah itu. Dia langsung bernegosiasi dengan pak Kani soal uang kontrakan yang harus dibayar setiap tahunnya. Witri kaget ketika pak Kani menetapkan sewa rumah itu dengan harga yang amat murah asalkan Witri mau tinggal di situ dan merawatnya. Tentu saja Witri bersyukur menerima tawaran pak Kani.
Seminggu kemudian Witri sudah menempati rumah tua nan antik itu. Dalam hati Witri berjanji akan merawat rumah itu sebagai amanah dari si pemiliknya. Orang-orang sekitar pun merasa bersyukur karena rumah yang menyimpan sejuta cerita itu kembali ditunggui orang...
Cerita apakah yang tersimpan dibalik rumah tua nan antik itu?
(Bersambung)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Emang penasaran menunggu kelanjutannya bunda. Tapi jangan serem kelanjutannya ya, bunsay kan takuut. Salam hangat
Ok, Bu Elda. Terimakasih. Salam hangat juga.
Waduh, ceritanya baru bagian awal.... Lanjut, Bu
Ok, Pak. Sudah ada bagian 2 hari ini. Terimakasih Pak.
Luar biasa Bunda..kisahnya..mantap...,ditunggu kelanjutannya.
Ok, Bu. Terimakasih. Silakan, Bu.
Mantap bunda ceritanya .Penasaran lanjutannya.
Iyo, Pak. Ikuti lanjutannya.
Wah.... penasaran Bu lanjutannya.
Ok, Bu. Terimakasih