Murtiningsih

Guru Pembimbing di SMK N 2 Magelang...

Selengkapnya
Navigasi Web
Bisnis Sampingan Sang Guru

Bisnis Sampingan Sang Guru

Bisnis Sampingan Sang Guru

#mengikat makna#

Aktivitas saya hari ini lebih banyak di luar rumah. Mulai mengikuti kajian agama, kegiatan di kelurahan, dan jalan-jalan dengan kakak. Bahkan, makan siang hari ini tidak sempat bersama suami. Kadang terbersit ada perasaan bersalah pada suami karena hari libur seharusnya kami gunakan untuk aktivitas bersama suami. Untuk menghibur diri dari rasa bersalah, saya gunakan sepertiga siang terakhir hari libur ini dengan menjadi pendengar yang baik bagi suami. Dari pandangan matanya terlihat rasa rindunya. Semoga saya tidak "kegedhen rumangsan" atau istilah anak sekarang ke-GR-an.

Perbincangan dengan suami dimulai dengan pertanyaan: "Mama memiliki bisnis baru, ya?" Dengan sedikit terkejut saya menjawab ,"tidak" karena memang saya merasa tidak memiliki bisnis lain selain mengajar, mengurus suami, mengurus rumah, dan mengurus anak-anak. Ternyata saya baru tersadar dengan senyuman suami melihat saya memainkan huruf demi huruf di perangkat komunikasi telepon seluler. Dengan mencubit lengannya saya meminta maaf pada suami dan meletakkan telepon seluler tersebut di meja kecil dekat kami duduk. Begitulah cara suami mengingatkan atau menegur istrinya dengan bahasa yang tidak menggunakan kalimat perintah. Sungguh saya sangat beruntung memiliki suami yang sangat baik menurut saya.

Seperti alumni pelatihan menulis yang lain, saya berusaha untuk konsisten menulis apa saja, di mana saja, dan kapan saja sebagai bagian dari melanggengkan kebiasaan menulis. Menulis artikel dengan tema-tema yang sebagian besar di rubrik gurusiana memang merupakan pengalaman pertama. Sejak dulu saya rajin menulis puisi yang beberapa puisiku telah diterbitkan dan menjadi sebagian dokumen kenaikan pangkat saya. Semangat menulis saya juga terinspirasi suami yang suka menulis juga. Kebiasaan baru saya ini menjadi tema diskusi kecil kami sore ini dengan suami.

Suami saya mengawali ceritanya dengan mengungkapkan pengalamannya pada pertengahan tahun 90-an. Pada suatu forum antarguru disampaikan oleh sang penceramah bahwa "core bisnis" guru adalah mengajar. Pertanggungjawaban guru di dunia dan di akhirat yang tentang amanah mengajar yang menjadi pilihan hidupnya. dipilihnya. Kalimat selanjutnya dari narasumber tersebut yang kemudian menjadi titik balik suami dalam memperkuat bisnis utamanya mengajar adalah apakah guru tidak boleh memiliki bisnis sampingan? Bisnis sampingan apa yang tidak menganggu tugas utama guru dalam mengajar? Menurut narasumber tersebut disampaikan bahwa menulis adalah bisnis sampingan guru yang relevan. Dengan panjang lebar diungkapkan alasan-alasan mengapa menulis menjadi bisnis sampingan guru bukan bisnis yang lain.

Selain menulis tidak membutuhkan modal finansial yang besar, menulis juga membantu tugas-tugas guru. Sebagai bisnis sampingan tentu tidak boleh mengganggu bisnis pokok atau tugas pokoknya sebagai guru. Sangat ironis jika kita mengambil bisnis sampingan tetapi tugas pokok sebagai guru terganggu. Kita sering mendengar ungkapan "wah, pak guru bisa sukses secara materi karena guru menjadi pekerjaan sampingan!" Sebuah sindiran yang menyakitkan bagi mereka yang memilih guru menjadi bisnis utamanya.

Dengan penuh semangat suami membandingkan menulis sebagai bisnis sampingan guru pada masa lalu dan masa sekarang. Pada masa lalu bisnis sampingan guru (menulis) diimplementasikan guru dalam bentuk menulis buku di lembaga penerbitan atau menulis untuk mengikuti lomba-lomba yang diadakan oleh kementerian. Menurut suami menulis di dunia penerbitan tidaklah mudah. Berapa banyak penulis yang mampu secara mandiri mampu menembus dunia penerbitan. Bagi para penulis pemula untuk menembus dunia penerbitan pada saat itu butuh perjuangan yang luar biasa. Bagi penitan biasanya diajak oleh kelompok penulis yang sudah memiliki nama di penerbit tersebut. Ketika penerbit membutuhkan naskah biasanya meminta kepada kelompok penulis lama dan jika ada yang kurang maka kelompok penulis mengajak penulis pemula bergabung dalam kelompoknya. Hanya sedikit penulis yang menyodorkan naskahnya kemudian dipanggil penerbit untuk mempresentasikan tulisannya dan diterbitkan setelah melalui berbagai proses di penerbit tersebut.

Jika jalan yang pertama tidak bisa ditembus, maka kompetisi menulis untuk guru adalah pilihan yang masuk akal secara terbuka. Dalam lomba menulis tidak dibatasi keterkenalan diri atau hubungan koneksi tetapi seberapa kreatifnya tulisan kita untuk bersaingan dengan tulisan dari seluruh peserta. Jalan inilah yang ditempuh suami yang mengantarkannya menjadi yang terbaik dan mendapatkan karier seperti sekarang.

Apa yang berbeda dengan menulis zaman sekarang? Menurut opini suami bahwa sekarang kesempatan menulis terbuka luas tidak pada masa 90 and. Dulu menulis untuk mengekspresikan kemampuan diri dan tidak ada kaitannya dengan pengembangan diri dalam kepangkatan. Suami mengatakan bahwa sedikit yang nakal di hati para penulis adalah keinginan untuk melihat Jakarta dan bisa tidur di hotel dengan gratis sekaligus mendapatkan hadiah. Inilah bisnis sampingan guru zaman dulu. Sekarang menulis menjadi bisnis yang diorganisir kata suami. Bisnis yang saling menguntungkan antara yang berminat menulis dan yang mengorganisasi. Sebagian guru yang pegawai negeri menulis utamanya untuk mencoba memenuhi pengembangan diri dan peluang ini direspon dengan diorganisasi dengan rapi sehingga muncul pelatihan dengan berbagai organisasi. Simbiosis mutualisme yang baik kata suami.

Nasehat yang disampaikan suami adalah saya boleh menulis dan menjadi apa saja dalam konteks menulis tetapi harus menjadi baik dalam tugas guru. Jika saya menjadi kepala sekolah maka boleh menjadi narasumber ke manapun syaratnya harus menjadi kepala sekolah berprestasi nasional. Hemmmm berat syaratnya untuk meniru pencapaian prestasi suami.

# romantisme keluarga #cintaterbaikku#cintatakpernahsalah#Mgl, 1Mei 2018

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Subhanallah..., nasehat yang indah dan dalam banget maknanya...bunda. Jazakillah khoir sudah berbagi nasehat. Salam sehat dan sukses selalu....,bunda. Barakallah.

01 May
Balas

Baarakkallah Bunda Raihana, saling mengingatkan nggih

02 May



search

New Post