Murtiningsih

Guru Pembimbing di SMK N 2 Magelang...

Selengkapnya
Navigasi Web
Cairnya Tunjangan Sertifikasi Guru: Inikah Kado Hari Pendidikan Nasional?

Cairnya Tunjangan Sertifikasi Guru: Inikah Kado Hari Pendidikan Nasional?

Cairnya Tunjangan Profesi Guru: Inikah Kado Hari Pendidikan Nasional?

#Mengikat Makna#

Satu hari telah terlewati peringatan hari Pendidikan Nasional. Ada yang tersisa yang membuat kita merenung lagi. Bukan karena rasa lelah sehabis upacara atau mengikuti lomba-lomba. Bukan pula kesibukan mengikuti acara satu ke acara lain dalam rangka Hardiknas. Yang tersisa adalah adakah kado terindah bagi guru dalam rangka peringatan Hardiknas kali ini?

Judul tulisan ini terinspirasi dari pembicaraan suami di pagi hari tadi pada saat persiapan berangkat kerja. Sehabis subuh aku mempersiapkan sarapan pagi untuk keluarga. Menu pagi ini adalah nasi goreng kesukaan keluarga. Setelah semua sarapan pagi, kami berdua bergegas untuk berganti baju dinas masing-masing. Di tengah aktivitas berdandan di pagi hari, suamiku menanyakan apakah kado terindah bagi mama pada peringatan Hardiknas saat ini? Saya menjawab dengan singkat bahwa kado terindah cukup dicintai dan saling mencintai dengan papa sepanjang hidup. Jawaban spontan ini karena saya berpikir bahwa suami juga hanya bergurau. Ternyata tebakan saya tidak tepat karena suami agak serius juga. Suami mengatakan bahwa bukankah kado terindah Hardiknas bulan ini jika tunjangan sertifikasi guru sudah cair di tangan guru-guru?

Sambil melanjutkan aktivitas sebagai perempuan di meja rias, kami saling berbagi ide dan pengalaman masing-masing. Ternyata, pagi ini suami membaca tulisan dari salah satu guru di rubrik yang yang sangat terkenal untuk menyampaikan kritik, saran, dan keluhan pelayanan publik pada salah satu koran terbesar di Jawa Tengah. Judul tulisan yang bernada sedikit menggugat tersebut persis seperti judul tulisan ini. Suami yang sudah 4 tahun ini tidak mendapat tunjangan profesi lagi ternyata masih ingat dan masih tertarik dengan keluhan pencairan tunjangan profesi. Suamiku memahami bagaimana tunjangan profesi guru sangat berarti bagi kami para guru dalam menopang kebutuhan hidup kami. Tetapi bukan cairnya tunjangan profesi guru yang menjadi perhatiannya tetapi pengalamannya dalam mengikuti perjuangan memasukkan tunjangan profesi sebagai kebijakan pemerintah yang dinikmati hampir semua guru di Indonesia.

Suka atau tidak suka kita harus memberikan apresiasi terhadap perjuangan PGRI dalam mengusulkan tunjangan profesi guru, kata suami. Pada saat PB PGRI dijabat oleh Bapak Prof. Surya yang juga dimotori mantan ketua PB PGRI Bapak Sulistiyo (almarhum) ketika masih menjabat sekretaris PGRI Jawa Tengah, organisasi PGRI telah melakukan perjuangan untuk meningkatkan kesejahteraan guru. Pada tahun 1999 perjuangan itu diformalkan pada Konggres PGRI di Semarang. Kajian-kajian ilmiah dan lobi-lobi politik dilakukan agar dasar hukum pemberian tunjangan profesi guru dapat diberikan kepada semua guru. Kata suami yang menjadi pengurus PGRI sejak tahun 1997, perjuangan untuk mendapatkan pengakuan guru sebagai profesi membutuhkan perjuangan yang tidak ringan. Seakan PGRI berjuang sendiri tanpa sinergi organisasi guru lainnya yang baru lahir pada masa reformasi. Hal ini disadari PGRI karena mereka baru seumur jagung, masih mencari bentuk dan pengakuan, bahkan mungkin baru konsolidasi.

Sampai akhirnya perjuangan yang tidak kenal lelah itu terwujud dengan keluarnya Undang Undang Guru dan Dosen yang menjadi landasan pemberian tunjangan profesi guru dan dosen. Apakah ini sudah cukup? Ternyata perjuangan itu belum usai. Tunjangan profesi tidak dapat diberikan kalau tidak ada peraturan pelaksananya. PGRI harus masih mengawal lahirnya PP tentang Guru dan Dosen. Pada tahun 2006 ada sedikit harapan ketika para guru SD dan SMP mulai didata untuk mendapatkan tunjangan profesi. Hampir satu tahun pendataan itu belum ada kabar beritanya membuat guru agak cemas. Sampai akhirnya mulai tahun 2007 untuk guru di semua jenjang mulai mendapatkan kenyataan. Bulan April tahun 2008 tunjangan profesi guru benar-benar cair yang pertama kali bagi guru-guru yang lama mengabdi dan bagi guru-guru muda berprestasi.

Cerita kami harus berakhir karena suami akan berangkat lebih dulu. Ada yang ingin disampaikan suami padaku, bahwa jangan lupa akan perjuangan PGRI jika menyebut tunjangan profesi terutama bagi guru-guru yang tidak aktif di PGRI. Selamat bekerja dan beribadah suamiku. Mama sayang papa.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post