Musirin

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Seribu Warna dari Corona

SERIBU WARNA DARI CORONA

Sejak kemunculannya di pekan ketiga Desember 2019 di Wuhan, China, sekarang sudah mendunia. Dengan cepat melesat ibarat pesawat super jet melanglang ke penjuru jagat raya : Eropa, Amerika, Asia, Afrika. Tak pandang bulu itu negara berkembang atau maju kau tak malu untuk melaju. Ratusan ribu manusia baik dari golongan atas atau bawah kau jangkiti tak kenal menyerah. Seorang pangeran dari Inggris tak luput dari seranganmu. Para pemimpin tinggi Iran kau terjang sehingga mereka kelimpungan. Para atlit sepak bola yang secara fisik perkasa juga menyerah dengan seranganmu yang cepat dan tiba-tiba. Seorang menteri dari Indonesia, beberapa pejabat Kepala Daerah dan Walikota juga terpapar corona sehingga ramai beritanya di media masa. Wahai corona, benarkah kamu makhluk super kecil ukuran “nano meter” sebagai kiriman Tuhan untuk membungkam kesombongan, keserakahan dan kemunafikan manusia. Ataukah engkau virus buatan manusia-manusia “iluminatif” yang sengaja memproduksimu untuk menyempurnakan ambisinya yang ingin memporakpondakan manusia dan peradabannya? Sehingga mereka dengan leluasa mempermainkan dunia seenaknya layaknya dajjal yang konon akan muncul sebagai makhluk jahat nan durjana penentang keberadaan Tuhan?

Adanya corona, secara cepat merubah tatanan kehidupan dunia. Secara politik mungkin tidak terlalu signifikan pengaruhnya. Tetapi secara ekonomi sangat jelas dampak dan akibatnya yang ini dalam jangka panjang akan berpengaruh pada masalah politik baik langsung maupun tidak langsung. Konon, setiap negara harus merevisi dan merubah arah pembangunannya. Setiap negara harus menyiapkan dana “ekstra” demi penanggulangan corona. Milyaran dollar, Uero atau rupiah digelontorkan untuk membendung gelombang atau arus corona yang semakin membesar. Setidaknya bisa meminimalisir korban meninggal dunia akibat corona. Para pemimpin negara memiliki program dan kebijakan yang berbeda-beda. Banyak pemimpin negara yang me “lock down” wilayah negaranya untuk mengurangi korban meninggal yang semakin banyak. Lucunya istilah “lock down” oleh sebagian orang diplesetkan menjadi “lauk daun”, hehe.

Dengan corona perilaku manusia juga semakin berwarna-warni baik sebagai pribadi maupun secara sosial. Ada kekhawatiran, kegelisahan, ketakutan dan sebagainya. Ada juga yang “cuek bebek” dengan corona, prinsipnya jika memang ditaqdirkan mati ya mati, pikirnya. Ada juga yang khawatir dan takut secara berlebihan sehingga memborong apa saja demi keberlangsungan hidupnya : borong sembako, masker, alat-alat mandi, pelindung diri dan keperluan lainnya dan tidak peduli kebutuhan orang lain. Prinsipnya yang penting kehidupan diri dan keluarganya aman dan terbebas dari wabah corona. Ada juga yang khawatir, takut tapi dengan kewaspadaan. Kongkritnya, “tidak abay dan lebay” dengan corona. Dua macam ikhtiar mereka lakukann, baik ikhtiar lahir maupun batin. (Bersambung)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wow...analisanya keren. Lanjutkan

12 Apr
Balas



search

New Post