Muslihatin Nur Azizah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Review Buku Set Boundaries, Agar Hidup Kita Tenang, Pentingnya Mempunyai Batasan Pribadi,

Review Buku Set Boundaries, Agar Hidup Kita Tenang, Pentingnya Mempunyai Batasan Pribadi,

Aku beberapa kali diminta pendapat oleh beberapa orang tentang mengatasi hubungan yang toxic. Aku hanya bisa menasehati untuk sabar dan bersikap bodo amat. Jawaban itu sering tidak bisa diterima. Aku menjawab seperti itu, ya karena berdasarkan pengalaman hidupku aku menanggapi hal seperti itu dengan pura -pura bodo amat dan sabar sembari berdoa semoga hubungan yang toxic berakhir dan diganti dengan hubungan yang lebih sehat. Hingga akhirnya aku menemukan buku karya dari Nedra Glover Tawwab, seorang psikoterapis yang telah berpengalaman bertahun-tahun menangani masalah hubungan antar umat manusia.

Buku self improvement yang memiliki ketebalan 287 halaman ini menjadi salah satu best seller di New York Times, tapi belum menjadi best seller di Indonesia. Padahal apa yang dibahas dalam buku ini adalah masalah yang sangat krusial dan paling sering terjadi saat dua manusia berinteraksi. Pemahamanku tentang menyikapi perbedaan pendapat dengan bodo amat juga menjadi terbuka. Untuk memahami buku ini diperlukan konsentrasi yang sedang sehingga buku ini dianjurkan untuk pembaca berusia 16 tahun ke atas.

Nedra membagi buku ini menjadi dua bab besar. Bab pertama mengenalkan mengenai dasar-dasar mengenal, menerapkan dan memahami pentingnya “batasan” saat berinteraksi dengan seseorang. Sedangkan di bab kedua dibahas mengenai penerapan memberikan batasan dalam kehidupan sehari-hari. Pembahasan di buku ini dibuat berdasarkan kasus-kasus yang pernah ditangani oleh Nedra. Meskipun terdapat perbedaan asal negara, namun kasus yang diangkat sesuai dengan semua budaya di dunia ini, maka tak heran buku ini menjadi best seller di negara asalnya. Buku ini juga dilengkapi dengan pertanyaan reflektif di setiap bab nya untuk membantu pembaca mengevaluasi dirinya sendiri

Memahami Pentingnya Batasan

Disini Nedra menjelaskan mengenai pentingnya seseorang itu menerapkan batasan kepada siapapun seseorang berinteraksi, ya siapapun termasuk pasangan, teman bahkan keluarga. Nedra menjelaskan bahwa “batasan” membuat seseorang bisa berekspektasi sewajarnya dan membantu seseorang merasa nyaman berhubungan dengan orang lain. Terdapat tiga tanda seseorang membutuhkan “ batasan” dalam hubungannya, yaitu saat seseorang merasa mengabaikan dirinya sendiri, merasa kewalahan pada hal yang mesti dikerjakan, gemas pada orang yang meminta bantuan, dan menghindari berhubungan dengan orang tersebut.

Dalam membuat “batasan”, terdapat tiga jenis batasan yaitu batasan kaku, batasan keropos dan batasan sehat. Batasan keropos terjadi pada orang yang tidak mampu menolak dan saling saling bergantung dengan orang lain. Batasan kaku adalah saat seseorang terlalu membuat dinding pemisah dengan orang lain, sedangkan batasan yang sehat adalah saat seseorang mampu untuk mendengarkan pendapatnya sendiri dan mampu untuk menolak permintaan yang membuatnya tidak nyaman.

Hal yang perlu dilakukan oleh seseorang untuk menetapkan “batasan” adalah dengan mengatakan / mengkomunikaskan sejelas mungkin dan memperkuatnya dengan tindakan. Dan ada beragam reaksi saat seseorang menetapkan batasan pada orang terdekatnya, bisa berupa menolak, menguji kesabaran, mempertanyakan, memutus komunikasi, mendiamkan dan lain sebagainya. Adapun perasaan takut dianggap jahat, tidak nyaman, sungkan adalah perasaan yang wajar kita rasakan saat kita mulai menetapkan batasan kepada orang-orang di sekitar kita. Yang perlu dilakukan adalah pengkomunikasian batasan secara konsisten dan bersikap tegas pada pendirian.

Untuk memulai suatu hal yang baru selalu membutuhkan proses yang panjang, begitu pula saat kita mulai menerapkan batasan kepada orang disekitar kita. Kita harus yakin bahwa dengan menetapkan “ batasan “ itu membuat hubungan kita dengan orang lain semakin sehat. Harus ada perubahan pola pikir agar kita bisa merasa nyaman dengan hubungan yang kita jalani. Jika kita tidak mau menetapkan “batasan”, maka kita harus menerima konsekuensi bahwa kita akan mengalami (1) keletihan lahir batin akibat tidak mampu menolak dan mendelegasikan suatu hal, (2) mengalami gangguan kesehatan mental, yang bisa berupa kecemasan, depresi, gangguang kepribadian ambang, gangguan kepribadian depeden.

Terdapat enam bidang batasan yang perlu kita lakukan diantaranya adalah fisik, seksual, intelektual, emosional, materi dan waktu. Di buku ini dijelaskan mengenai bentuk pelanggaran batasan dan cara menetapkan batasan baik dari ucapan maupun tindakan. Juga dijelaskan mengenai hubungannya masa lalu seseorang dengan pola interaksi sosial seseorang di masa kini, termasuk trauma- trauma yang harus disembuhkan.

Cara Menetapkan Batasan

Pada bagian kedua ini, kita diajarkan untuk bisa menerapkan batasan kepada keluarga, pasangan, teman, dan gawai kita. Pertama, kita mesti bisa memberi batasan pada anggota keluarga kita, terlebih jika kita sudah menikah. Kita perlu memberi batasan apabila keluarga terlalu mengetahui hal-hal yang bersifat pribadi kaitanya dengan pasangan, ikut mencampuri perselisihan kita dengan pasangan, tidak menghargai pendapat kita dll. Pihak yang perlu diberi “batasan” dalam hal ini adalah orangtua, mertua dan saudara, anggota keluarga lain, co-parent dan anak.

Pada bagian kedua, terdapat batasan saat kita menjalin asmara. Batasan ini berupa (1) membuat kesepakatan dan ekspektasi dalam menjalin hubungan, (2) menjalin komunikas yang baik terkait kesetiaan, keuangan, rumah tangga, anak-anak dan pengaruh pihak lain, (3) menerapkan pola asuh bersama, (4) rumah kosong.

Tiga, pada hubungan perteman, kita mesti tahu kriteria pertemanan yang sehat dan tidak sehat, menangani keluhan yang terus-menerus, memberi batasan pada pemberi nasehat mengenai hubungan teman kita dengan orang lain dan pinjam-meminjam barang.

Bagian keermpat, tak jauh dari hubungan pertemanan. Dijelaskan pula bagaimana hubungan lingkungan kerja yang sehat dan tidak sehat, bagaimana mengantisipasi perintah atasan di luar kemampuan kita bekerja dan membangun rekan kerja yang solid. Di sini unsur “gosip” sangat ditekankan, karena umumnya yang membuat lingkungan kerja tidak nyaman adalah budaya “gosip” yang sangat mendarah daging. Dan kita perlu membuat “batasan” supaya budaya menggosip tidak menjadi budaya lagi.

Kelima, penggunaan kita terhadap dunia maya yang perlu di batasi. Ada dua hal yang diajarkan dalam bab ini yaitu penggunaan teknologi/ dunia maya oleh kita sendiri dan orang lain. Kita perlu membuat “batasan” kepada diri kita sendiri dalam berselancar di dunia maya dan kita juga perlu mengkomunikasikan harapan kita dengan orang lain saat dia menggunakan gawainya.

Jika kamu masih penasaran dengan bagaimana menerapkan “batasan” dengan orang-orang disekitar kalian, kalian bisa langsung mengikuti sosial media sang penulis di instagram @nedratawwab.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post