Musni,S.Pd

Lahir Bukit Nenas 19 April 1981 Dinas di SDN 003 Bukit Kapur Dumai Provinsi Riau Memiliki 3 anak dengan 2 putra dan 1 putri Sandhika Alvabimayu, Salsab...

Selengkapnya
Navigasi Web

"Madu" kado dari suami di Hari Ulang Tahun

Rumah ini memang luas, namun terasa sempit saat berbagai beban serasa menghimpit seluruh isi kepala Raisa. Pondasi yang kokoh seakan menepis keraguan tentang robohnya bangunan. Dibangun dengan semen yang menutupi setiap celah. Bahkan celah kepedihanpun tidak akan terlihat diluaran sana.

Handphone berdering Raisa melirik kearah layar kaca hanphone Sambung Galaxy miliknya, terbaca nama Firman. Beberapa menit panggilan tak juga diangkat Raisa. Bukan dia tidak tahu siapa penelponnya, dia juga bukan tidak kenal, karena Firman memang suaminya. Deringan kesekian kalinya sedikit mengusik hatinya. Diangkat telpon dan terdengar diseberang suara.

“assalamualaikum ma, sedang ngapain ma?, papa belum bisa pulang, masih banyak pekerjaan diproyek yang harus diselesaikan”. Jelas Firman pada Raisa.

“ Tapi Hafiz akan khatam alquran besok pa, tak bisakah papa ikut menghadiri acaranya.” Tanya Raisa.

“tidak ma. Ini penting” telepon langsung tertutup.

Menjalani hari membesarkan buah hati sendiri, bukan hal yang mudah namun butuh energi yang kuat untuk bisa mempertahankan diri. Posisi yang selalu ditinggal suami terkadang mengusik hati Raisa pada rasa benci. Benci pada kekokohan diri yang mampu bertahan pada fase yang paling menyakitkan.

Seperti hari ini saat hafiz khatam alquran, Raisa tetap sendiri mendampingi buah hati. Firman belum juga hadir, padahal waktu pelaksanaan tinggal beberapa menit lagi. Tak sabar Raisa ingin tahu dimana suaminya, handphone diangkat, suara berdering masuk Namun beberapa kali terabaikan. Untuk ke tiga kalinya Raisa kembali menelpon suaminya, panggilan kali ini terangkat, tetapi belum sempat Raisa menyapa sudah terdengar suara perempuan diseberang sana.

“hallo, dengan siapa ini” jawab suara dihandphone suaminya

“seharusnya saya yang bertanya, ini siapa yang mengangkat telepon suami saya “ jawab Raisa.

“owhh mbak Raisa , maaf mbk saya yani asisten mas Firman, mas Firman sedang mandi nanti saya sampaikan, ada pesan yang ingin disampaikan mbak” jawab Yani.

Tanpa kata Raisa langsung menutup handphonenya. Siapa Yani, bagaimana mungkin papa mandi kalau tidak sedang dirumah. Dan bagaimana mungkin seorang asisten berada dirumah atasannya yang sendirian dirumah.

“Aku tidak sebodoh pikiranmu Firman” maki Raisah dalam hati.

Acara khatam alquran dimulai, Raisa mengikuti jalannya prosesi. Kasihan Hafiz tanpa didampingi papanya, bisik hati Raisa. Lamunan Raisa tersentak saat suara handphone berbunyi, yachhh ini nada panggilan dari papa Firman.

“ mama tadi menelpon ada apa ma, suara diseberang sana”

“ Pa, mama sudah sampaikan pada papa hari ini Hafiz khatam alquran, mama berharap papa bisa datang, tapi mengapa papa tidak datang” tanya Raisa.

“ Maaf mama. Papa sedang banyak kerjaan, kalau sudah selesai secepatnya papa pulang” jawab Firman.

“Siapa perempuan yang mengangkat telepon tadi pa” tanya Raisa.

Seperti tidak mendengar Firman langsung mematikan teleponnya.

Ada perasaaan kesal dihati Raisa namun dengan sabar Raisa tetap berpikiran positif pada suaminya. yachhh bisa jadi mobil papa kempes dan Yani hanya menjemput papa.

Raisa tidak ingin mengotori hatinya dengan berpikir hal-hal yang bisa menghancurkan rumah tangganya. Raisa tidak ingin tahu hal-hal yang tidak perlu ia tahu, bukan karena Raisa tak punya cinta tapi hatinya sudah benar-benar luka hingga pukulan sekuat apapun tetap diterpa demi keutuhan rumah yang telah dibina.

Seminggu berlalu, firman belum juga pulang, dia berjanji akan pulang dihari ulang tahun Raisa. Seperti biasa tanpa perdebatan Raisa hanya diam saja mendengar setiap penjelasan Firman untuk setiap ketidak pulangannya.

Dengan wajah pilu ditatapnya foto pernikahan diruang tamu, wajahnya menyiratkan luka seperti menyimpan seribu pernyataan yang terpendam.

Weekend kali ini Raisa ingin menghibur anak-anaknya karena bertepatan pula dengan hari ulang tahun Raisa. Hanya anak-anak yang selalu membuatnya tertawa. Hanya bersama anak-anak hidupnya ceria. Raisa ingin mengajak anak-anak ke Time Zone salah satu pusat permainan anak-anak. Mobil brio merah menelusuri jalan lurus tanpa gelombang. Dibelakang setir terlihat Raisa manatap bahagia wajah 3 buah hatinya. Hari ini memang hari lahir Raisa namun hari ini Raisa ingin membahagiakan anak-anaknya, membiarkan mereka bermain dan menikmati masa kecilnya dengan bahagia walau kebahagiaan itu tidak pernah lengkap adanya, karena anak-anak hanya selalu berjalan dengan Raisa tanpa papanya yang selalu sibuk dengan pekerjaannya. Entah mengapa weekend kali ini Raisa enggan menelpon suaminya ia akan ke time zone bersama anaknya.

Suara keramaian dipusat perbelanjaan Ramayana mengantarkan Raisa membimbing 3 buah hatinya menuju Time Zone yang berada dilantai 3 ramayana. Menaiki eskalator lantai 2 pandangan Raisa tertuju pada sepasang lelaki dan perempuan sedang memilih gamis, wajah itu membuat Raisa terhenti, yachh Raisa memastikan bahwa laki-laki itu adalah suami yang selama ini dinantikan kepulangannya. Suami yang lebih sering diluar kota berbanding duduk dirumah bersama keluarganya. Dengan siapakah Firman suaminya, perempuan yang dengan manja bergelayut ditangan kokoh suaminya yang dulu pernah memapahnya, yang pernah menjadi sandaran saat dirinya kelelahan.

Raisa ingin menghampiri pasangan itu, namun ia menyadari itu bukan pemandangan yang indah bagi anak-anaknya. Ini bisa merusak physikologi perkembangan anak-anaknya. Dalam jiwa yang hancur berkeping-keping, Raisa tetap berjalan mengikuti anak tangga menuju lantai 3 tempat pusat permainan anak-anak.

Anak-anak begitu menikmati weekend dengan penuh riang, bermain kesana kemari, memilih permainan-permainan yang disenangi. Mereka bahkan tidak tahu bagaimana suasana hati ibunya. Yach mereka memang tidak perlu tahu.

Puas dengan permainan yang mereka sukai, anak-anak merengek minta makan di KFC. Raisa terus saja menuruti apapun keinginan anak-anaknya. Hingga akhirnya mereka kelelahan saat sampai dirumah.

Sesampai dirumah seiring lamunan panjang Raisa, terdengar ketukan pintu. Sedikit lama Raisa membuka pintu. Pulangkah Firman, pikir Raisa sambil beranjak mengintip dari sela-sela jendela. Sepertinya benar karena terlihat ada mobil yang tadi beriringan dengan Raisa.

Pintu dibuka terlihat sosok Firman suaminya membawa kado ditangannya.

“selamat ulang tahun ya sayang, maaf papa lambat pulang. Banyak pekerjaan proyek yang harus diselesaikan”. Kata Firman sambil mengecup dahi Raisa Istrinya.

Sedikitpun Raisa tidak bergeming, ia hanya menyambut suaminya yang mengulurkan kado ketangannya. Lalu Raisa buru-buru beranjak untuk mengambilkan segelas air putih untuk suaminya. Namun tangan Firman menahan sambil tersenyum ia ingin Raisa membuka kado pemberiannya. Firman sedikit memaksa agar Raisa cepat membuka kadonya karena Firman ingin melihat Raisa bahagia dengan kado pemberiannya.

Dengan rasa sesak didada Raisa membuka kado dari suaminya, brakkk….rasanya ia ingin berlari kelantai 2 rumahnya dan terjun dengan ketinggian itu agar suaminya tahu bagaimana hancur berkeping-kepingnya hati saat melihat kenyataan pahit dihari ulang tahunnya ini. Kado itu pilihan suami bersama perempuan lain. Baju gamis syar’i indah yang selalu diimpikan Raisa.

Melihat ketenangan Raisa membuka kado tanpa ekspresi, membuat Firman bertanya.

“ sayang, nggak suka ya dengan kadonya, surprise papa kurang indah ya” bisik firman ditelinga Raisa sambil memeluk erat Raisa.

“ Tidak pa, baju ini sangat indah, tapi ini bukan surprise buat mama, sebelum papa memberikan kado ini mama sudah melihat baju ini pa, saat papa masih akan membelinya di Ramayana tadi”. Jawab Raisa dengan tegas.

Dengan wajah merasa bersalah Firman mencoba menenangkan Raisa.

“ Tidak seperti pikiranmu sayang, darimana mama tadi, mengapa tidak ada menelpon papa saat akan keluar rumah. Dosa besar ma, perempuan yang keluar rumah tanpa seizin suaminya”.kata Firman pada Raisa.

“ Maaf pa, kali ini memang mama tidak menelpon papa ketika akan bawa anak-anak ke Time Zone, entah mengapa tadi mama terasa enggan mengabari papa, atau mungkin memang Allah tengah mengarahkan hati mama untuk melihat kenyataan diluar sana” jawab Raisa tanpa ragu.

“ Melihat apa maksud mama, apa yang dilihat belum tentu seperti apa yang mama pikirkan” Firman terus berkilah mencari pembelaan.

Belum sempat Firman membuat pembelaan terdengar suara mobil berhenti dipekarangan rumah. Raisa bangkit dari duduknya dan menyingkirkan baju Gamis hadiah dari suami bersama kekasihnya. Raisa membuka pintu dan mempersilahkan perempuan bertubuh kuning langsat dengan jilbab melilit dilehernya masuk kerumahnya. Firman terkejut dengan pemadangannya kali ini. Yachhh Yani perempuan yang bersamanya di Ramayana tadi ada dihadapannya.

“ Saya Yani mbak, teman mas Firman” jelasnya

Owhh ini rupanya perempuan yang kemarin mengangkat handphone Firman, perempuan yang mengaku asistennya, perempuan yang tadi menemani suaminya memilih kado untuk Raisa.

“ Mbak yang mengangkat telepon saya kemarinkan” tembak Raisa.

“ ehmmm benar mbak, saya Yani yang mengangkat telepon suami mbak kemarin” jelas Yani pada Raisa.

Percakapan demi percakapan menunjukkan Raisa semakin larut dalam lautan kepedihan. Yachh perempuan bernama Yani itu adalah Madunya. Perempuan yang menurut suaminya membantu mereka bangkit dari keterpurukkan ekonominya, lantas bagaimana mungkin Yani bisa datang kerumah Raisa ?

Firman baru menyadari jika handphonenya tertinggal bersama Yani saat usai membeli kado tadi. Suami Raisa tidak menyadari jika beberapa menit sebelum membuka pintu rumah saat Firman datang, Raisa menelpon Hpnya menggunakan nomor hp barunya, sehingga saat Raisa melihat sosok Firman didepan pintu sedangkan pintu mobil masih terbuka namun suara handphone tidak ada disana, Raisa lalu menulis sebuah pesan singkat untuk nomor handphone suaminya, meminta untuk mengantarkan handphone kerumahnya dan mengatakan bahwa istrinya telah tahu semuanya dan mereka akan menyelesaikan bertiga. Walau kenyataannya Raisa lebih pintar dari mereka, ia hanya menggunakan mata batinnya untuk menemukan kebenaran cerita.

Yani perempuan lain dalam kehidupan suami Raisa tidak menyadari jika masuk dalam permainannya. Ia terjebak dalam pesan singkat Raisa yang mengatas namakan suaminya sehingga kado ini merupakan kado istimewa bagi Raisa, madu dari pernikahan suApapun alasan dan penjelasan Firman seperti bumerang baginya. Sedikitpun Raisa tidak mengatakan apa-apa, bahkan saat madunya sujud dikaki memohon kemaafannya, Raisa hanya senyum tanpa kata, ia begitu tegar menghadapi kenyataan, begitu sabar menerima kekalahan, begitu kuat dari hempasan. Raisa bahkan tidak sedikitpun meneteskan airmata, ia hanya mulai merindukan tawanya, tawa yang ia tidak ingat sudah berapa lama tidak dilakukannya. Riasa hanya mengatakan bahwa ia tidak tahu apakah saat ini ia sedang mempertahankan hubungan dalam rumah tangganya atau proses menunda perpisahannya.

aminya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

kereeen Bunda. Salam kenal

08 Sep
Balas

Ternyuh sekali kisahnya Bu. Semoga tidak terjadi di dunia nyata.

08 Sep
Balas

terimaksih semua alhamdulillah akhirnya bisa dibuka kembali

13 Nov
Balas

Tegar sekali ya Raisa.....

08 Sep
Balas



search

New Post