MUSTAMIN

Penulis lahir di Soppeng 20 Maret 1977. dari pasangan La Dendang dan Ibaharu. Pendidikan Dasar berhasil diselesaikan selama 6 Tahun di SDN 42 Turlappae, 3 tahun...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kesedihan yang Mendalam
(Sumber gambar:newsdetik.com) Tantangan menulis gurusiana hari ke - 143

Kesedihan yang Mendalam

Ketika seseorang yang kita cintai pergi selamanya dan tak akan pernah kembali, pasti menyisakan kesedihan yang luar biasa. Jujur dari lubuk hati yang paling dalam kisah ini sebenarnya berat untuk diceritakan, karena setiap mengenang kepergiannya, bulir bening akan berjatuhan secara spontan. Dada terasa sesak hingga mulut bergetar hebat menahan kesedihan. Tetapi karena tema cerpen tentang rasa kehilangan maka bersiap – siap mewek…..

Kurang lebih 3 tahun yang lalu tepatnya bulan Februari 2019. Andi mengikuti seleksi Calon Kepala Sekolah, setelah dinyatakan lulus tes tertulis, Dua minggu kemudian Ia harus melakukan tes wawancara. Sebelum namanya dipanggil masuk ruang wawancara, tiba – tiba handphonenya berbunyi. Kring…kring….kring… Terdengar suara kak Nina sedang menangis. Andi bertanya, kenapa kak Nina menangis? Coba tenangkan diri dulu,tarik napas perlahan! “ Ujar Andi kepada kakaknya.” Kak Nina pun mulai bercerita. Ayah dek, Kenapa Ayah? Andi mulai panik. Ayo cepat cerita! Nina diam sejenak! Firasat Andi mulai tidak enak, ketika Nina diam. Nina mulai berbicara kepada adiknya. Ayah sudah meninggal dek. Seketika itu tubuh Andi lemas, pikirannya sudah mulai tidak fokus. Tatapan matanya kosong, air mata pun mulai bercucuran. Kini gilirannya masuk ke ruang wawancara. Cepat – cepat Andi menghapus air matanya. Kemudian bergegas masuk dan duduk di depan tim penguji.

Setelah wawancara selesai, Andi langsung pulang ke rumah dan video call dengan ibu dan kakaknya di kampung. Terlihat semua keluarga berduka. Andi menatap jasad ayahnya. Tangisannya mulai pecah, ia tidak mampu menahan kesedihan melihat jasad ayahnya yang terbujur kaku. Dadanya mulai sakit, tangannya menarik seprai tempat tidur. Ister dan mertua laki – lakinya berusaha menenangkannya. Andi ingin pulang ke kampung mengurus jenazah ayahnya, tetapi masih ada jadwal wawancara esok hari. Andi meminta maaf kepada keluarganya karena tidak bisa pulang hari itu juga. Ia hanya dapat menahan rindu dan memedam dalam hati seraya memohon kepada Allah SWT agar ayahnya diberikan kelapangan kubur dan diampuni segala dosa – dosanya selama hidup di dunia. Kenangan paling berkesan dan tak terlupakan setiap kali Ayah ditelpon beliau selalu meminta dibacakan Ayat suci Al – qur’an. Semoga pahala bacaan Al – qur’an tersebut mengalir dan menerangi kuburnya.

Amin Yaa Robbal ‘Alamin

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap ceritanya

26 Sep
Balas



search

New Post