Kejujuran Aqilah
Aqilah ,anak kecil usia lima tahun yang sedang duduk di bangku Taman Kanak-Kanak., dia tumbuh dengan cepat dan cerdas. Karena kecerdasannya ibunya kadang bingung dengan pertanyaan anaknya. Ibunya berpikir kalau anaknya tumbuh di luar batas kewajaran. Pemikiran itu muncul karena Aqilah kadang saat ada orang yang cerita, dia cuma diam mendengar, tapi sebentar kalau ada orang yang ditemuinya maka pasti dia bisa menceritakan kembali cerita yang didengarnya. Karena kebiasaan yang dianggap tidak wajar ini maka ibunya jarang mengikut sertakan dia pada saat ada acara keluarga.
Pada suatu hari saat Ibu dan bapaknya hendak bersilaturahim pada pada pamannya saudara Ibunya,dia tidak diberi informasi malahan mereka merahasiakan keberangkatan mereka, Aqilah laul dititpkan pada neneknya yang tinggal bersebelahan rumah dengannya. Tapi pada saat dia hendak dititp dia langsung protes ibunya,kenapa dia mesti ke rumah nenek padahal sudah malam, kalau malam katanya Aqilah tidak boleh ke rumah siapapun kecuali dengan bapak atau ibu. Ibunya kemudian menjelaskan kalu mereka hendak membesuk pamannya yang saat ini sedang sakit.Aqilah kemudian berkata lagi kalau diapun ingin membesuk pamannya karena ibu gurunya mengatakan di sekolah kalau ada orang sakit kita harus membesuknya. Ibunyapun kehilangan akal , akhirnya diapun mengizinkan Aqilah tapi dengan catatan Aqilah tidak boleh banyak bicara. Aqilahpun bersedia memenuhi syarat itu.
Berangkatlah mereka ke rumah pamannya, sesampai disana Aqilah dijemput dengan riang oleh sepupu dan tantenya, tapi sekalipun dia tidak tidak bicara hanya diam dan bergelayut manja dengan ibunya, semua jadi heran kenapa baru kali ini Aqilah datang tidak seperti biasa,banyak cerita dan bercandanya.Sang tantepun mulai gemes dan memancinngya untuk bicara tapi sekalipun dia buka mulut tidak pernah,diapun disodori teh dan cemilan, dia hanya sekali menenguk saja,Karena melihat Aqilah seperti itu, sepupunyapn mulai menggoda, hingga akhirnya dia menangis dan berkata,”siksaku ibu tidak bicara kenapa saya mesti dilarang bicara, semua yang mendengar tangis dan perkataan Aqilah kaget, Ibunyapun hanya bisa menatap Aqilah dengan tersenyum tidak menyangkah Aqilah akan berkata seperti itu dan memojokkannya,salah seorang dari sepupunya mulai membujuknya dan menawarkan kembali teh yang sudah diminumnya tadi,dan dengan spontan dia berkata lagi “ bagaimana mau diminum teh, kalau tehnya tidak manis.Semua yang hadir disitu tertawa mendengar kalimatnya tantenya pun yang membuat teh itu kaget dan berkata maaf nak, saya mungkin lupa menambahkan gula pada teh. Ibu Aqilah tidak bisa berkata apapun karena dia bisa merasakan kalau teh itu memang tidak bergula. Dan diapun mulai merasa kalah oleh kejujuran yang dimilki oleh putrinya.
Tantangan Menulis Hari ke-88
#TantanganGurusiana
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
keren bun, anak pintar dan jujur, salam santun dan salam literasi
Salam santun Bu ,Terima kasih Bu
Anak2 memang tak pandai berbohong ya Bu... Hehehe
Anak2 memang tak pandai berbohong ya Bu... Hehehe
Anak2 memang tak pandai berbohong ya Bu... Hehehe
Iya Bu Hj. Terima Kasih Bu
Nilai kejujuran,. Luar bunda!
Terima kasih Bu.
Mantap bu...
Terima kasih Bu
Mantap bun
Terima kasih
Mantap bun
Mantap bun
Terima kasih Ibu guru