Mentari tidak tampak pagi itu ketika kulangkahkan kaki ke sekolah ,sepertinya hujan sebentar lagi akan turun.Seperti biasa payung lipat segera kuperiksa dalam tas ,jangan sampai terlupakan.Ayah yang berbarengan denganku ke sekolah karena jarak sekolah ayah hanya beberapa meter dari sekolahku tempatku beberapa hari ini mengabdi, hari itu agak was-was juga ,jangan sampai hujan turun ketika kami di tengah perjalanan.

Saat kami tiba di sekolah Ayah,hujan mulai turun dengan derasnya,seperti biasa saya tidak pernah mau diantar langsung oleh ayah ke sekolah,menghindari tanggapan orang yang mengatakan saya anak manja.Malahan statusku biasa kusembunyikan kalau saya anak kepala sekolah SD yang ada di desa itu.Saat saya mendaftar sebagai guru honor di sekolah yang setingkat dengan SLTA itu saya juga yang datang bermohon sendiri tanpa ditemani ayah,hingg akhirnya saya diterima karena guru di sekolah itu memang kurang,malahan ada guru yang mengajar beberapa mata pelajaran.

Hujan semakin deras,biasanya dari sekolah ayah,saya berjalan kaki menempuh jarak beberapa meter,tapi kali ini hujan sangat deras manalagi hujan disertai petir.Seorang teman ayah yang ke sekolah dengan mobil,mungkin kasihan melihat saya menunggu hujan reda,akhirnya menawarkan kepada saya untuk mengantarkan saya ke sekolah.Ayah yang mendengar saya ditawari mengiyakan dan menyuruh saya ikut sama pak guru itu.Dengan perasaan agak betat ,tapi karena ayah menyuruhku akhirnya saya naik di mobil Pak guru itu.

Hanya beberapa saat saja diatas mobil kami sudah sampai,kukeluarkan payung lipat di dalam tasku dan bergegas turun dari mobil,dan tak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada teman ayah.Dibawah payung saya berjalan agak hati-hati ke teras sekolah yang terdekat,disana tampak juga dua orang laki-laki yang sedang berteduh,orang itu baru saya lihat selama beberapa hari ini saya mengabdi di sekolah ini.

Orang itu mulai membuka percakapan dengan pertanyaan

"Bawa barang apa Mba?tanyanya seraya melihat ke tasku yang memang agak besar karena didalamnya ada perlengkapan shalat dan beberapa buku bacaan.

"Buku, Jawabku singkat.

Hujan mulai agak reda,saya segera menuju ke kantor ruang guru.Bapak yang tadi bertanya ke saya tidak lama kemudian masuk ke ruangan guru juga.Dan langsung melihat saya yang duduk di deretan meja guru .Dia langsung menuju ke meja saya dan berkata

"Kenapa duduk disitu Mba? Itu meja guru."Katanya lagi

"Saya disuruh sama Ibu Kepala Pak duduk disini."Kataku dengan hati yang agak mendongkol.

Teman yang lain yang mendengar dialog kami ,langsung melihat kearah kami .Salah seorang dari ibu guru yang senior akhirnyaangkat bicara,

"Pak,ibu ini guru disini juga,bapak yang baru masuk jadi tidak tahu kalau ada guru baru masuk."

Pak guru yang sewot itu akhirnya,merasa malu dameminta maaf sama saya.

"Maaf Ibu,saya kira ibu itu saleswomen karena tadi turun dari mobil pakai payung dan bertas besar."katanya dengan nada agak merendah dan mungkin juga merasa malu.

Saya jadi senyum - senyum sendiri ternyata style saya dimata dia tadi seperti style Saleswomen,pakai payung dan bertas besar menurut pak guru itu identik dengan saleswomen. Astagefirullah...Jangan mudah menilai orang Pak dari penampilannya saja.

Cerita ini terjadi beberapa tahun yang lalu,saat awal mengabdi jadi guru honorer.Kisah yang tak terlupakan.Kesederhanaan dalam penampilan ternyata sering memberikan kesan yang tidak sesuai dengan yang sebenarnya.

Tantangan Menulis Hari ke-53

#TantanganGurusiana