Mutamimah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Mendidik Sepenuh Hati Melahirkan Generasi Berbudi Oleh Mutamimah, S.Pd

Mendidik Sepenuh Hati Melahirkan Generasi Berbudi Oleh Mutamimah, S.Pd

Mendidik Sepenuh Hati Melahirkan Generasi Berbudi

Oleh: Mutamimah, S.Pd

Kata mendidik sudah tidak asing lagi di telinga kita. Nah apa sih mendidik itu? Mendidik adalah memelihara, memberi latihan mengenai akhlaq dan kecerdasan pikiran. Mendidik juga dapat diartikan sebagai usaha mengantarkan anak didik ke arah kedewasaan baik secara jasmani maupun rohani. Sehingga hal tersebut dikatakan sebagai upaya pembinaan pribadi, sikap mental dan akhlaq anak didik. Hal itu juga berkaitan dengan pembentukan mental sang anak. Berdasarkan hal tersebut perlu diketahui bahwa salah satu aspek terpenting terselenggaranya pendidikan adalah adanya guru dan siswa, tanpa itu semua pendidikan tidak akan berjalan. Guru memegang peranan penting dalam mendidik siswa di sekolah, lalu bagaimanakah yang seharusnya dilakukan guru?.

Tugas guru dalam dunia pendidikan telah diatur dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2015 pasal 1 ayat 1 yang berbunyi guru adalah pendidik yang professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Aspek yang dibangun guru dalam pembelajaran di kelas tidak akan pernah terlepas dari aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan, hal ini akan terus menjadi patokan dalam menentukan keberhasilan pembelajaran. Untuk dapat mencapai aspek tersebut guru harus mampu menciptakan pembelajaran yang kondusif, mendidik dengan hati tulus ikhlas tidak hanya sekedar menstranfer ilmu akan tetapi ada hubungan ikatan hati. Hal ini sesuai dengan konsep pendidikan dari seorang tokoh pendidikan nasional yaitu Ki Hajar Dewantara. Beliau mengajarkan kepada kita tentang pendidikan yang humanis, beliau juga mampu menciptakan konsep Sistem Among sebagai patokan guru dalam mendidik siswa “Ing Ngarso Song Tulodo Ing Madyo Mangun Karso Tut Wuri Handayani”. Memiliki arti di depan memberi teladan, di tengah memberi semangat, dan di belakag memberi dorongan. Berdasarkan hal tersebut sudah menjadi suatu keharusan bagi guru untuk memberi contoh yang baik bagi siswa. Di samping konsep dari tokoh pendidikan nasional tersebut kita juga sering mendengar istilah GURU adalah digugu dan ditiru, hal itu memang benar, bahwa setiap sikap yang dilakukan guru akan dicontoh dan diaplikasikan peserta didik dalam kehidupannya. Maka disinilah dibutuhkan kerendahan hati sang guru untuk menjadi teman bagi anak didiknya. Mampu menampung keluhan, kesulitan yang dihadapi siswanya.

Mengutip pendapat Ki Hajar Dewantoro bahwa dalam menuntun prilaku dan pertumbuhan kodrat anak, beliau mengibaratkan peran pendidik adalah seperti petani atau tukang kebun. Anak-anak diibaratkan biji tumbuhan disemai yang ditanam oleh petani atau tukang kebun di lahan. Anak-anak bagaikan bulir jagung yang ditanam. Apabila biji-biji jagung tersebut ditanam di lahan yang subur dengan mendapatkan sinar matahari dan pengairan cukup walaupun biji jagung kurang berkualitas, akan tumbuh dengan baik, karena mendapatkan perhatian dari pak tani. Begitu juga sebaliknya, meskipun biji jagung itu disemai berkualitas baik namun tumbuh di lahan yang gersang dan tidak mendapatkan pengairan, cahaya matahari serta tangan dingin pak tani, maka biji jagung tersebut akan tumbuh, tetapi tidak maksimal pertumbuhannya. Nah, dalam proses mendidik, anak diberikan kebebasan agar anak memperoleh kemerdekaan dalam belajar. Pendidik sebagai pamong tetap memberikan tuntunan, arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Dalam mendidik anak sejatinya tidak adanya dibebankan pada guru, akan tetapi orang tua atau keluarga memegang peranan penting dalam mewujudkan generasi yang unggul, berdaya saing dan berbudi luhur. Mengapa demikian? Karena keluarga menjadi tempat utama untuk melatih pendidikan sosial dan karakter baik bagi seorang anak. Keluarga diibaratkan seperti ekosistem yang mampu mempersiapkan hidup anak dalam bermasyarakat dibanding institusi pendidikan lainya, hal ini dikarenakan alam keluarga menjadi ruang bagi anak untuk mendapatkan teladan tuntunan pengajaran dari orang tua. Orang tua di rumah harus sepenuh hati memperhatikan perkembangan kemampuan yang dimiliki oleh putra-putrinya, baik dalam hal kemampuan akademiknya, sikap sosial, dan terlebih spritualnya. Dari berbagai hal itu dibutuhkan sinergi yang baik antara orang tua dan guru. Ketika di sekolah si anak sudah mendapatkan didikan dengan adanya kedekatan hati (keikhlasan dari sang pendidik). Maka sejatinya di rumah juga harus demikian.

Apabila kedekatan hati dua-duanya dapat diperoleh peserta didik baik dari orang tua dan guru, insyaAllah generasi penerus bangsa ini akan memiliki budi pekerti yang luhur, siap menghadapi era perubahan zaman dan berdaya saing, tidak menjadi generasi cengeng tetapi generasi tangguh dalam kondisi apapun. Oleh sebab itu ikhlas dalam mendidik anak merupakan kunci keberhasilan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Masya Allah, ulasan yang sangat mecerahkan bu Mutamimah..

16 Jul
Balas



search

New Post