M.YAZID MAR'I, M.Pd.I

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
PRAHARA CINTA

PRAHARA CINTA

Lama perahu itu ditambatkan di pelabuhan, 365 hari. Waktu yang tidak sebentar, lebih-lebih bagi orang yang sedang menunggu. Jangankan 365 hari, satu jam saja serasa sewindu. Tapi entah mau dikata apa, baru saja perahu itu meluncur dari pelabuhan, badai besar dengan ombak yang bergulung menghempas perahu, dan nahkodapun hampir tak mampu mengendalikan. Perahupun hampir karam sebelum mengarungi samudera menuju pulau tujuan.

Pernikahan yang baru berselang dua hari itupun rapuh bak serpihan-serpihan kaca, suatu yang tak pernah terbayangkan oleh Adi. Perempuan hebat dan shalehah itu telah berubah 180 derajat, seperti tak pernah ia mengenalnya. Perempuan yang semula santun, bahkan tak berucap kata kalau tak diawali, hari ini berubah, tak ada sesungging senyumpun dari bibir ranumnya. Sebaliknya perempuan itu menyuguhkan kata-kata kasar nan bengis, tampak diraut wajahnya.

Dor! Almari kamar itu ditendang dengan kekuatan raksasa dengan sigaret mengepul dari mulutnya. Hari kedua makin tak terkendali, Cruuzzz! Segumpal ludah menempel di mukaku, entah syetan mana yang telah merasuki perempuan ini, gumamku sambil menatap kosong keluar lewat candela kamar. Dua hari begitu berat rasanya.

Adipun pulang ke desanya tempat dimana ia tinggal, dengan memikul beban berat d punggunnya, hingga tak mampu memikulnya. Ciiiiiit …, rem sepeda motor adi didorong kuat-kuat, ia hampir menabrak bus yang ada di depannya. Inna lillahi wa inna ilaihi roojiuun, keluar dengan cepat dari mulutnya. Iapun berhenti sejenak di pinggir jalan. Alhamdulillah Tuhan masih melindungiku dari kematian.

Sesampai di desa, dimana ia dibesarkan di gubuk itu, ia pun segera mengucapkan salam, Assalaamu’alaikum! Wa’alaikum salam, nenek Adi pun menjawab salamnya. Adi pun tetap tersenyum di hadapan neneknya, dan tanpa sedikitpun memperlihatkan raut sedih wajahnya, seakan tak ada sesuatu yang tengah menimpanya. Kamar sempit 2x2 menjadi saksi atas perasaan hancurnya.

Pagi harinya nampaknya neneknya mulai mencium prilaku Adi yang tidak biasanya. Ada apa Le? (panggilan untuk anak laki-laki di desa), boten wonten nopo-nopo bah (tidak ada apa-apa nek). Wis dang sarapan sik, bahmu goreng teri karo jangan asem, senenganmu! (sudah, sarapan dulu, nenekmu masak teri dan sayur asem kesukaanmu), pinta bulik Tri (saudara kandung perempuan ibu yang merawatnya sejak usia 6 bulan).

Masuk sepekan pernikahan, resepsipun digelar di rumah Adi, karena sudah disiapkan sejak lama, walau hati telah hancur dan harapan untuk membangun biduk rumah tangga, berlayar menuju ke surga, seperti yang lama dicita-citakan telah musnah. Dan sehari setelah pernikahan digelar, perempuan yang telah sah menjadi pendampingnya pulang ke rumah orang tuanya tanpa seijinnya. Adipun memperotes TuhanNya,Tuhan rencana apa lagi yang telah Engkau siapkan untuk hambamu yang telah makin lemah ini? Musnah sudah harapan. Hancur ya hancur semua, semuanya. Padahal untuk ini Adi telah mengorbankan seluruh cita-citanya, mulai melepaskan karirnya untuk menjadi pemimpin organisasi di atasnya, hingga kegagalannya untuk menempuh pendidikan Pasca Sarjana di Perguruan Tinggi Ternama di Surabaya “UNAIR” yang sudah terlanjur digantikan temannya.

Tuhan! Sepertinya aku tak kuasa menerima beban berat ini, dan tubuh Adipun lemas bersamaan dengan fikiran kosongnya. Tak seperti dulu, jika dulu ia handal menyelesaikan seluruh persoalan organisasi dan persoalan-persoalan yang menghimpit kader-kadernya, tapi untuk yang menghimpitnya ini benar-benar telah mematikan pikirannya, beku! Protes Adi kepada Tuhannya makin keras, ia tinggalkan seluruh ritual yang biasa dilakukan, ia gugat Tuhannya,dan berkelana tanpa arah dan tujuan. Ia habiskan hari-harinya dengan begadang dan begadang hingga subuh menjelang, kendati hatinya menangis. Baginya sekarang tak ada lagi duhur, ashar, magrib, isya, dan subuh. Yang ada hanya canda, tawa, dan keluar entah kemana untuk membohongi hatinya yang telah hancur. Sungguh Adi telah mati dalam kehidupannya.

Dua bulan berlalu tak ada kabar apapun dari perempuannya. Sampailah pada suatu tempat ketika ia harus diperkenalkan dengan orang tua kenalan temannya, sebut saja Bah Dasri dan suaminya. Pertemuannya dengan kedaua orang tua pintar itu, telah membukakan mata hati tentang adanya sesuatu yang supra natural, yang selama ini tak pernah terlintas sedikitpun untuk percaya apalagi membenarkan.

Sepulang dari kota Ngawi tempat kedua orang tua itu tinggal, Adipun mengingat-ingat nasehat Bah Dasri dan suaminya, sambil introspeksi diri, akankah yang menimpa dirinya kini, karena dosa yang ia lakukan, karena hatinya tak bisa melupakan cintanya pada Aisyah. Jika itu, Adipun berjanji akan melupakan cintanya pada Aisyah dan hanya mencinta Shaleha perempuan yang telah dipilihkan Tuhan untuknya. Sambil menyeruput kopi buatan Mak yem, sebuah warung kopi saat perjalanan pulang dari Ngawi. Sekali lagi Adi menetapkan hatinya dan berjanji untuk menerima Shaleha apa adanya, karena memang telah diplihkan Tuhan untuknya.

Sampailah Adi di rumah bahnya, dan jam dinding yang bertengger di ruang tamu itu menunjukkan angka 4, dan perempuan shalehah yang di harapnya kembali, ternyata telah sampai 15 menit sebelum ia tiba. Tangisanpun pudar dan air mata itupun membasai kerudungnya terlihat jelas dari bening matanya seperti yang dulu pernah dilihatnya. Keluar dari bibir ranumnya yang dulu pernah dirasakannya, maafkan aku mas, jika telah meyakiti hatimu, maafkan aku jika telah membuatmu ragu, tapi yakinlah mulai detik ini, jangan pernah ragukan cintaku. I am Always love you. Aku akan selalu mencintaimu hingga ahir hayatku.

Dan mulai detik itu perlahan-lahan badai besar berlalu, dan perahupun mulai kembali berjalan mengarungi samudera nan luas menuju surga. Alhamdulillah ya Allah, Engkau telah selamatkan perahuku dari badai yang maha dasyat, dengan dasyatnya kuasamu (m.yazid mar’i).

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Jadilah nahkoda yang bisa menghalau ombak dilautan, jangan pernah goyah pada suatu keadaan..semangat..

09 Apr
Balas



search

New Post