Nanang Zulkarnaen

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Pesan Ahong Masjid Jingjue Tiongkok pada Ramadhan 1438 H

Pesan Ahong Masjid Jingjue Tiongkok pada Ramadhan 1438 H

Pesan Ahong Masjid Jingjue Tiongkok pada Ramadhan 1438 H

Oleh: Nanang Zulkarnaen

Seperti pada bulan Ramadhan tahun sebelumnya, ramadhan tahun 1438 Hijriah /2017 Masehi ini, Masjid Jingjue yang terletak di Kota Nanjing Tiongkok menyelenggarakan aktifitas jelang buka puasa hingga qiyam ramadhan. Dimulai pukul 17.15 dan diakhiri pada pukul 21.15 waktu setempat.

Ceramah oleh imam masjid (yang biasa disebut ahong) adalah aktifitas paling awal. Kegiatan ceramah dilaksanakan di ruang makan dekat dapur umum. Ruang makan memuat meja persegi yang disatukan memanjang di bagian tengah dan membelah meja lain di dua sampingnya, disamping utara dan selatan. Ceramah diikuti oleh lebih banyak jamaah laki-laki daripada wanita. Jamaah laki-laki duduk di kursi dan memenuhi meja di bagian tengah dan meja di bagian utara, sementara jamaah wanita hanya menempati kursi pada meja di bagian selatan.

Ceramah berlangsung 15 hingga 30 menit. Disampaikan oleh ahong laki-laki dan kadang-kadang oleh ahong wanita. Kebanyakan isi ceramah merujuk pada buku yang berjudul 穆斯林必读 (Musilin Bidu, idzkarul Muslimin) yang selalu dibagikan saat ceramah berlangsung. Buku ini terdiri dari sebelas bab dan diawali dengan pembahasan iman yang di artikan sebagai “sesuatu yang diikrarkan dengan lisan dan dibenarkan dengan hati terhadap apa-apa yang didatangkan kepada nabi SAW dari Allah SWT”. Seperti pada ramadhan hari ke- 28 yang bertepatan dengan tanggal 23 Juni 2017, dengan memakai buku tersebut, ahong wanita bernama Yang Min mengajari kami doa untuk memperkuat iman.

Dari sekian isi ceramah yang paling penulis senangi dan selalu terkenang adalah materi yang disampaikan pada hari ke-12 yang bertepatan dengan tanggal 7 Juni 2017. Ahong laki-laki bernama Feng bao qian mengajarkan kami lagu berbahasa Mandarin. Lagu yang disampaikan mengingatkan penulis akan masjid di kampung halaman, terhadap muadzin yang ketika akan beradzan kerap memperdengarkan puji-pujian. Lagu tersebut berjudul穆民之路 (Jalan Seorang Muslim). Ini liriknya:

独一无二主,造化世界人。

Tuhan yg tidak beranak dan diperanakkan, pencipta manusia di dunia.

一天五番谢主恩。

Sehari lima kali bersyukur dan berterimakasih pada Tuhan.

每年一月斋,七天主麻聚。

Tiap tahun sebulan berpuasa, seminggu sekali berkumpul di hari jumat berkah.

前世多干好, 后世享恩典。

Berbuat berjuta kebaikan saat hidup, menikmati kenikmataan dikemudian hari.

缺斋,缺拜罪恶难恕。

Meninggalkan puasa, meninggalkan sholat, dosa yang sulit dimaafkan

五干万同胞们。

Limapuluh juta saudara muslim.

同胞同胞都听着。

Semua saudara-saudara yang taat.

三十本天经要遵守。

Tiga puluh juz Al-Quran harus dihormati.

这是穆民意一条路大家把守住。

Ini adalah jalan seorang muslim yang harus dipegang dan dipertahankan .

这是穆民意一条路大家把守住。

Ini adalah jalan seorang muslim yang harus dipegang dan dipertahankan .

Demikian syair itu diperdengarkan dan diajarkan berulang oleh ahong pada jamaah. Dan kami bernyanyi dengan riang gembira.

Selepas ceramah, selalu diakhiri dengan doa lalu menyegerakan berbuka puasa dengan korma, buah-buahan atau makanan kecil khas Tiongkok lainnya. Jamaah dipersilahkan shalat maghrib berjamaah, pada bangunan terpisah. Jamaah laki laki di bangunan masjid yang pokok di sebelah barat kompleks sementara jamaah wanita di bangunan sebelah timur tidak jauh dari ruang makan.

Kurang lebih pukul 19.30 kami mulai menyantap hidangan buka puasa bersama para ahong dengan piring dan menu yang sama. Piring makan dari steinless berbentuk persegi panjang dengan beberapa kotak kecil yang sudah diisi lauk-pauk dan sayur. Nasi selalu tersedia di tiap meja dan dapat mengambilnya sesuai kebutuhan. Menu makan beragam, terkadang juga kami menikmati hidangan lamian (sejenis mie) atau nasi kebuli dalam mangkuk besar, bukan dalam piring steinless persegi.

Pukul 20.15 ahong dengan posisi menghadap jamaah memimpin doa di mimbar masjid seorang diri, membacakan beberapa surat pendek di juz 30 dan mengakhirinya dengan doa. Lalu menunjuk beberapa orang jamaah membacakan surat pendek dan surat al-fatihah. Aktifitas ini berakhir saat muadzin mengumandangkan adzan isya dan tanpa jeda melakukan iqomat untuk sholat isya. Diteruskan qiyam ramadhan sebanyak 23 rakaat, seluruh aktifitas berakhir pada pukul 21.15 waktu setempat. Demikian aktifitas jelang buka puasa hingga qiyam ramadhan yang diselenggarakan satu masjid yang sangat terkenal di Nanjing.

Keterkenalan masjid ini tidak lepas dari adanya bangunan di dalam kompleks yang diperuntukan sebagai museum yang mengkoleksi peninggalan laksamana Cheng Ho (orang setempat populer menyebut Zheng he) seperti alquran dan beberapa prasasti lainnya. Dari papan informasi yang terpampang pada tembok timur areal kompleks masjid, persis di sekitar pintu masuk, diketahui bahwa Laksamana Cheng Ho pernah mengajukan permohonan merenovasi masjid sebelum melakukan tujuh ekspedisi pelayarannya yang terkenal sehingga luas masjid melebihi 26.000 m2.

Informasi lain terkait mesjid ini yang nyaris tidak terliput media, penulis dapatkan dari seorang kawan mahasiswa bernama Susi dari kampus Jiangsu Institute of Commerce and Technology. Karena kepiawaiannya berbahasa mandarin, suatu ketika ia menjadi penerjemah salah satu media nasional dari Indonesia saat menemui keturunan Laksamana Cheng Ho yang ke-19 bernama Zheng Zhi Hai. “Beliau sekaligus sebagai sekretaris komunitas penelitian Zheng He yang mengumpulkan dan merawat sejarah tentang Zheng He diseluruh dunia. Dari beliau diketahui bahwa suatu masa Kaisar pernah memberikan untuk keluarga Zheng He, satu gang yang menghubungkan masjid dengan rumah mereka, namun gang tersebut hancur saat perang terutama pada zaman Jepang menjajah Tiongkok” tutur Susi.

“Zheng He memiliki ciri khas sebelum berlayar selalu mengajak kru kapalnya yg muslim untuk shalat berjamaah. Di Indonesia sendiri ada 6 masjid peninggalan beliau. Beliau juga berdakwah di Indonesia dan menikahkan kru ekspedisi mereka dengan orang indonesia.” papar Susi saat mencoba menyarikan informasi lainnya yang ia dapatnya yang terkait langsung dengan Indonesia.

Dari dua orang jamaah masjid, penulis juga mendapat kesan baik tentang masjid. “ Banyak perbaikan yang saya lihat akhir akhir ini seperti toilet dan tempat wudhu yang baru dan bersih, saya sudah hampir lima tahun studi kedokteran di Nanjing dan selalu sholat jumat disini. Masjid ini juga yang bisa membantu saya menjaga pandangan selama ramadhan di musim panas dimana banyak wanita berpakaian minim”, tutur Ibrahim, Mahasiswa Nanjing Medical University asal Nigeria.

Sementara itu saat menyantap lamian yang dihidangkan di ruang makan, mahasiswa kedokteran asal Turki dari Southeast University Nanjing, Omer Cavdar mengatakan: “Makanananya sangat enak, saya suka”.

Alhamdulillah tahun ini penulis bisa memahami pesan yang disampaikan saat aktifitas jelang buka puasa hingga qiyam ramadhan di salah satu masjid di Tiongkok yang bukan saja fenomenal tapi juga sangat asri. Asri karena juga ditanami banyak pohon di dalamnya. Termasuk dua buah pohon kembar yang sangat khas, Ginkgo biloba, yang ditanam di tengah kompleks. Sekitar bulan September setiap tahunnya, daun pohon Ginkgo akan menguning lalu berguguran.

Kesempatan berharga juga, karena tahun ini penulis berkesempatan berada di antara suku bangsa yang berbeda ras. Di negara empat musim dan mayoritas penduduknya bukan muslim. Tempat dimana untuk ramadhan tahun ini harus berpuasa hingga 16 jam lamanya karena bersamaan dengan musim panas.

Di Nanjing Tiongkok, Ahong mengumumkan bahwa perayaan idul fitri akan dilaksanakan pada tanggal 26 Juni 2017. Pada hari H idul fitri Ahong Feng bao qian berpesan untuk bertakwa kepada Alloh dengan mengutip ayat Al-quran surat Al-Hasyr 59: 18-24. Terhadap pesan Ahong yang sudah disampaikan selama puasa dan idul fitri 1438 H beberapa waktu lalu, sayang rasanya jika tidak penulis bagikan buat anda. Semoga bermanfaat.[] 26 Juni 2017 Nanang Zulkarnaen, Mahasiswa Program Ecological Geography Nanjing Normal University.

Keterangan Gambar (sumber dok pribadi, searah jarum jam ):

1. Ahong Feng bao qian di depan salah satu bangunan kompleks masjid Jingjue

2. Penulis saat mendengarkan Ahong membaca Al-Quran

3. Penulis bersama Ibrahim, Mahasiswa asal Nigeria

4. Penulis bersama Omer Cavdar, Mahasiswa asal Turki

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Luar biasa pengalamannya Nanang. Terima kasih sudah berbagi cerita.

01 Jul
Balas

Hebat Pak ....mantab...benar benar menghayati dan meneliti

01 Jul
Balas

Dahsyatnya ...

01 Jul
Balas

Bila dibandingkan...bila dibandingkan...

02 Jul

Terimakasih mbak prapti dan mas kurniawan.

01 Jul
Balas

Subhanalloh.....betapa indahnya melaksanakan ibadah di bumi Allah kota Nanjing semoga selalu dalam lindungan Allah aa...istiqomah

02 Jul
Balas

aamiin....semoga...ya...

02 Jul



search

New Post